Jumat Berkah dan Rahmat
Hari ini hari Jumat penuh berkah dan rahmat. Apa arti Jumat? Hari
ini disebut dengan hari Jumat, karena pada hari ini berkumpulnya kaum muslimin untuk
melaksanakan berjamaah salat Jumat di mesjid. Selain ada juga yang berpendapat pada
hari ini berkumpulnya kebaikan. Berdasarkan riwayat Ibnu Abas, pada hari ini disebut
hari Jumat, karena pada waktu itu diciptakan Adam dan dimasukkannya ke surga, kemudian diturunkan darinya, dan bertemu kembali dengan Hawa di muka bumi pada
hari Jumat pula.
Hari Jumat memiliki banyak keutamaan. Di antaranya
sebagaimana dijelaskan Nabi dalam hadis riwayat Abu Hurairah yang mengatakan
bahwa sebaik-baiknya hari terbitnya matahari adalah pada hari Jumat (HR.
Muslim). Masih banyak lagi fadilah terkait Jumat ini sebagaimana telah dijelaskan
dalam kitab-kitab hadis.
Ibnu Manzur (dalam Lisanul Arab) mengemukakan pada
zaman Jahiliah hari Jumat ini disebut dengan yaumul arubah, yakni hari
yang agung. Menurut riwayat Saklab, kata itu awal mulanya dikatakan oleh Kaab
bin Luay (kakek Rasulullah Saw). Masih riwayat Saklab, hari itu disebut hari
Jumat, karena pada waktu itu orang-orang Kuraisy berkumpul di Darun Nadwah.
Selain dikenal dengan rajanya hari dalam seminggu (sayyidul
ayyam), hari Jumat juga disebut dengan hari berkah dan rahmat. Pengertian
terkait berkah telah penulis bahas pada tulisan sebelumnya. Sekarang apa pengertian rahmat? Ragib
Al-Asfahani (dalam Al-Mufradat fi Garibil Quran) mengemukakan
rahmat adalah belas kasih yang menghendaki kebaikan. Rahmat dari Allah merupakan
nikmat dan karunia. Sedangkan rahmat dari manusia merupakan belas kasih dan rasa
simpati.
Al-Qasani sebagaimana dikutif Al-Zubaidi (dalam Tajul Arus) mengemukakan bahwa rahmat itu terbagi ke dalam dua bagian. Pertama,
rahmat imtitaniah, yakni rahmat berupa nikmat yang dicurahkan atas perbuatan
(amal) manusia, baik yang berbuat baik maupun jahat. Inilah yang disebut rahmat
Allah itu meliputi setiap sesuatu di muka bumi (Surat Al-Araf: 156). Kedua,
rahmat wujubiah, yaitu rahmat yang dikhususkan bagi orang-orang yang takwa
dan berbuat baik (Surat Al-Araf: 56, 156).
Terkait dengan rahmat ini, mari kita perhatikan hadis Nabi riwayat Salman
yang mendengar Nabi Saw—sebagaimana dikutif Jalaludin Suyuti (dalam Tafsir Durrul
Mansur) bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan seratus rahmat
pada waktu diciptakannya langit dan bumi. Setiap rahmat menutupi langit dan
bumi. Selanjutnya Dia menurunkan satu rahmat ke muka bumi. Dengan satu rahmat
itu, semua manusia saling menyayangi dan makhuk lainnya seperti binatang pun diberikan
nikmat, sehingga bisa makan dan minum. Kemudian apabila hari kiamat terjadi,
maka yang satu rahmat itu diambil kembali oleh Allah dan mencurahkannya khusus
kepada orang-orang takwa serta ditambahkanlah yang sisanya yaitu sembilan puluh
sembilan.” Jadi genaplah rahmat yang diberikan khusus kepada orang-orang
bertakwa itu seratus rahmat pada hari kiamat.
Kita juga mengenal sifat Allah—sebagaimana disebutkan dalam Asmaul
Husna—seperti Al-Rahman Al-Rahim (Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang). Al-Rahman maksudnya adalah Allah yang mempunyai rahmat
yang luas dan agung yang dicurahkan kepada semua manusia, baik yang ibadah
maupun yang tidak. Inilah yang disebut dengan nikmat agung, karena yang
menikmatinya semua manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan Al-Rahim
maksudnya adalah Allah yang mencurahkan nikmat khusus bagi orang mukmin saja di
akhirat. Kendatipun disebut nikmat sedikit, karena yang menikmatinya hanya
orang-orang mukmin saja, namun apabila kita cermati riwayat hadis di atas secara
eksplisit justeru termasuk nikmat banyak, yakni seratus nikmat. Mudah-mudahan
kita semua dapat berkah dan rahmat dari Allah dan dapat pula meningkatkan hubungan kasih-sayang di antara sesama kita
dalam kehidupan sehari-hari tanpa membedakan umur, status sosial, suku, warna
kulit, bangsa, agama, dan ras, sehingga terciptalah kerukunan hidup. Amin.
Comments
Post a Comment