Pahlawan Sejati

Kata “pahlawan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani. Dalam bahasa Inggris berarti hero, patriot. Sementara itu menurut bahasa Arab berarti al-Bathal. 

Selanjutnya para ulama seperti Ibnu Manzur (dalam Lisanul Arab), Luis Makluf (dalam Al-Munjid), Al-Zubaidi (dalam Tajul Arus), Al-Jauhari (dalam Kamus Al-Sihah), Ragib Al-Asfahani (dalam Al-Mufradat fi Garibil Quran), dan Al-Fairuzabadi (dalam Kamus Al-Muhit), mereka sepakat mengartikan al-Bathal dengan seseorang yang gagah berani (al-syuza’). 

Namun, Ibnu Manzur menambahkan seseorang itu disebut pahlawan, karena ia gagah berani sehingga luka yang dialami pun tidak dipersoalkan. Atau karena ia mampu mengalahkan lawannya. Sementara itu Ragib Al-Asfahani menambahkan, seseorang itu disebut pemberani, karena ia berani menghadapi maut.

Apakah pemberani itu sifat terpuji? Ya, karena termasuk ke dalam sifat adil juga. Mengapa dikatakan demikian? Karena keberadaannya berada di antara dua sifat yang tercela, yaitu antara penakut (jubnun) dan nekad (mujazifun). Sedangkan yang namanya adil adalah setiap sesuatu yang berada di antara dua sisi. Sama halnya seperti sifat hemat (iqtisadun) yang berada di antara sifat kikir (bakhilun) dan sifat boros (farathun). Tentunya berani di sini maksudnya melakukan suatu perbuatan dengan penuh pertimbangan yang matang. Apabila tidak demikian, maka tidak dikatakan berani, tapi nekad.

Kata-kata “pahlawan “ (bathalun) ini dapat ditemukan contohnya dalam sebuah hadis Rasulullah riwayat Iyas bin Salamah terkait dengan cerita pada waktu perang Hudaibiah terdapat seorang raja yang bernama Mahrab yang mengakui bahwa ia pandai dalam memainkan pedang sehingga ia memproklamirkan dirinya sebagai pahlawan yang telah teruji keberaniannya (anni syakis silah bathalun mujarabun) (HR. Muslim).

Dari beberapa pengertian terkait dengan kata “pahlawan” sebagaimana dikemukakan para ulama di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa makna asal pahlawan itu konotasinya bersifat destruktif, seperti gagah berani karena berhasil menaklukkan musuh di medan perang seperti tergambar dari riwayat hadis Iyas bin Salamah tersebut. Namun, apakah orang yang telah berhasil mengubah perilaku seseorang yang tadinya berakhlak tidak baik menjadi baik juga disebut pahlawan. Atau berhasil menjadikan seseorang tidak pandai jadi pandai  seperti apa yang dilakukan oleh para guru, sehingga mereka diberi julukan “pahlawan tanpa tanda jasa”. Inilah yang termasuk ke dalam contoh gagah berani secara konstruktif.

Upaya mengubah mental generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam narkoba, dan upaya mengubah mental masyarakat agar tidak berbuat korupsi, menurut penulis termasuk pahlawan juga. Semuanya itu juga termasuk ke dalam upaya mengendalikan hawa nafsu. Apabila kita berhasil mengatasi hal tersebut, maka termasuk gagah berani secara konstruktif pula.

Oleh karena itu, kiranya makna gagah berani di sini perlu diperluas. Artinya maknanya di sini tidak hanya bersifat destruktif, melainkan bisa juga bermakna konstruktif. Kemudian jika kita memahami makna pahlawan secara utuh, maka kita semua juga termasuk pahlawan dan berjuang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Namun demikian, menurut penulis sebaik-baik pahlawan adalah pahlawan sejati yang berjuang tanpa pamrih atau tulus sebagaimana contohnya pahlawan yang telah berjasa tempo dulu melawan penjajahan dan kita pun semua bisa menikmati kemerdekaan sekarang. Selain itu juga, termasuk orang yang sanggup mengendalikan hawa nafsunya sebagaimana dijelaskan Rasulullah dalam riwayat Abu Hurairah tentang orang yang gagah berani itu adalah bukan orang yang sanggup menjatuhkan lawannya di medan laga, namun yang bisa mengendalikan hawa nafsunya ketika ia marah (HR. Bukhari& Muslim). Mudah-mudahan kita semua menjadi pahlawan sejati sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Amin.


Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah