Berkah Cahaya di Bulan Rabiul Awal

Kenapa disebut bulan ini dengan Rabiul Awal Kata “Rabi” menurut Ahmad Warson Munawair (dalam Kamus Al-Munawir) mengandung arti musim semi, yakni musim yang paling stabil dan cerah. Mengapa dikatakan demikian? Siti Zumratus Saadah (dalam Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah) menjelaskan, karena suhu udaranya tidak terlalu dingin yang menyebabkan aktifitas terganggu, juga tidak terlalu panas yang membuat kita gelisah. Sehingga menambah semangat dan bergairah ketika kita melaksanakan sebuah aktivitas.

Selanjutnya Ibnu Manzur (dalam Lisanul Arab) dan Al-Zubaidi (dalam Tajul Arus), keduanya menjelaskan orang Arab menamai bulan tersebut dengan Rabiul Awal, karena dalam bulan tersebut datangnya musim cahaya dan kegembiraan. Mengapa demikian? Karena pada waktu itu lahirnya junjungan kita, Nabi Muhammad Saw yang membawa cahaya atau penerang bagi semesta alam dan mendatangkan rasa optimis dan kabar gembira bagi kehidupan manusia.

Selain itu menurut penjelasan Mahmud Al-Misri (dalam Sirah al-Rasul) pada waktu lahirnya beliau, ibunya (Aminah) melihat cahaya yang menerangi gedung-gedung di Syam. Diriwayatkan pula Nabi Isa pernah mengungkapkan kegembiraannya akan lahir seorang Nabi setelahnya, yang diberi nama Ahmad (Surah As-Saf: 6). Selanjutnya Ibnu Rajab menjelaskan keluarnya cahaya yang menerangi gedung di Syam sebagaimana telah dijelaskan tadi menandakan kelahirannya akan menjadi penerang dan petunjuk bagi penduduk bumi sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya dalam Surah Al-Maidah: 15-16 dan Al-Ahzab: 45-46.

Pada umumnya para ulama berpendapat Nabi Muhammad lahir bertepatan dengan waktu Subuh hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah (20 April 570 Masehi) di Mekkah, sedangkan wafatnya pada hari Senin tanggal 13 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah (8 Juni 632 Masehi) di Madinah, yakni bertepatan dengan usia 63 tahun (Ali Ibrahim Husein dalam Al-Tarikh al-Islam al-Am).

Sungguh gembira hati Abdul Mutalib (kakeknya) ketika mendengar kelahiran cucunya itu. Beliau teringat kepada anaknya, Abdullah (ayah Nabi Muhammad) yang wafat ketika beliau berusia dua bulan berada dalam kandungan ibunya. Mengapa gembira? Karena anaknya menjadi penerus ayahnya. Seketika itu pula, Abdul Mutalib menemui menantunya (Aminah). Kemudian bayi itu dibawanya ke Kabah. Lalu di sana beliau berdoa dan bersyukur kepada Allah dan memberi nama bayi tersebut dengan Muhammad, artinya yang terpuji.

Nama tersebut ketika itu belum dikenal oleh masyarakat Arab. Karenanya ketika itu pula orang-orang Arab mempertanyakan kenapa tidak diberi nama dengan nama nenek moyangnya. Alasan Abdul Mutalib sederhana saja, karena beliau menginginkan agar ia menjadi orang yang terpuji, baik dihadapan-Nya maupun di hadapan manusia di muka bumi. Pada hari ketujuhnya Muhammad disunat sebagaimana biasanya ketika itu orang-orang Arab suka melakukannya (Ibnu Kasir dalam Mukhtasar Al-Bidayah wa al-Nihayah).

Banyak peristiwa yang terjadi pada bulan Rabiul Awal terkait dengan Rasulullah Saw, selain bulan lahirnya, bulan wafatnya, bulan diangkat jadi Rasul, dan bulan hijrahnya ke Madinah,  juga perang yang dialami pada bulan tersebut, yakni perang Bawat (tahun 2 Hijirah), perang Buhran (tahun 3 Hijriah), perang Bani Nadir (tahun 4 Hijriah), dan perang Daumatul Jandal (tahun 5 Hijriah), dan peristiwa-peristiwa lainnya sebagaimana telah dijelaskan para ulama dalam kitab sejarah (tarikh) atau perjalanan kehidupan Rasulullah (sirah).

Referensi yang berkaitan dengan kisah atau perjalanan (sirah) Nabi Muhammad lebih jelas dan lengkapnya dapat kita baca dalam kitab Al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu Kasir; Tarikh Al-Tabari karya Abu Jakfar al-Tabari; Al-Sirah al-Nabawiah karya Ibnu Hisam; Hayat Muhammad karya Muhammad Husain Haikal; Sirah Rasul karya Mahmud Al-Misri; Al-Mausuah fi Sahih al-Sirah al-Nabawiah karya Ibnu Ilyas Al-Faludah, dan masih banyak lagi kitab sirah lainnya yang menerangkan kehidupannya.

Mudah-mudahan kita semua di bulan yang penuh cahaya, kegembiraan dan berkah ini lebih meningkat lagi semangat kita dalam bekerja dan berkarya yang hasilnya tidak hanya dapat dirasakan oleh diri sendiri dan keluarga, tapi dapat pula dirasakan oleh masyarakat banyak. Tak lupa diberikan keberkahan usia, rezeki, sehingga bisa menjalankan ibadah kepada-Nya, baik ibadah individual maupun ibadah sosial dengan baik dan benar. Amin.


Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:

Hidayat, Enang (2017, 23 Nopember). Berkah Cahaya di Bulan Rabiul Awal [Entri blog]. Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2017/11/meraih-cahaya-di-bulan-rabiul-awal.html

Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah