Perlukah Hiburan di Musim Liburan?
Pada bulan Rabiul Akhir ini bertepatan juga dengan musim
liburan semester bagi anak sekolahan dan menjelang pergantian tahun baru. Jika
penduduk Arab ketika itu menyebut bulan Rabiul Akhir merupakan bulan
musimnya buah-buahan atau bulan musim tumbuhnya tanaman-tanaman, maka kali ini
kita di negara tercinta ini bertepatan dengan bulan holiday.
Masing-masing individu juga beragam cara memanfaatkan liburan ini.
Diantara kita ada yang berangkat sekeluarga ke luar kota dengan tujuan berkunjung
ke sanak-keluarga dan kerabat, ada yang jalan-jalan atau shoping saja, bermain
bersama keluarga, dan ada pula yang tinggal di rumah atau tidak kemana-mana,
karena mengerjakan tugas kantor yang harus tepat waktu setelah liburan beres semuanya, dan lain sebagainya.
Bagaimana syariat Islam dalam menyikapi liburan dengan hiburan?
Karena syariat Islam bersifat moderat, maka dalam menyikapi demikian tidak
melarangnya. Tujuannya dalam rangka melepaskan kepenatan dalam bekerja atau
mencari ilmu. Selain itu juga dalam rangka menghilangkan rasa jemu setelah
selama satu semester para pancari ilmu mencari ilmu atau para karyawan bekerja,
seperti para pendidik. Namun demikian, syariat Islam mengingatkan kita agar jangan
terlalu berlebihan dalam menyikapinya sehingga mengakibatkan mubadirnya waktu,
tenaga, dan harta. Apalagi sampai terjerumus kepada perbuatan maksiat.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Journal Applied
Research in Quality of Life dikatakan dalam waktu delapan bulan setidaknya
manusia membutuhkan satu kali liburan guna mencegah terjadinya stress. Dikatakan
juga satu kali liburan, membuat seseorang bahagia selama delapan bulan. Selanjutnya
survey dilakukan oleh perusahaan Carnival Cruise Line terhadap 2000
pasangan di Inggris untuk mengetahui apa saja yang membuat hubungan pasangan
lebih bahagia. Maka, hasilnya 88 persen pasangan bahagia itu jika berlibur
bersama.
Mari kita tengok pula bagaimana kisah Rasulullah yang jauh-jauh
hari telah memberikan pesan barkaitan dengan pentingnya liburan dan hiburan guna
menghilangkan rasa penat, khususnya bagi anak-anak sebagaimana kisah yang
terjadi pada Hanzalah.
Suatu hari ia (Hanzalah) curhat kepada Abu Bakar karena ia merasa menyesal telah melupakan pesan Rasulullah ketika duduk bersama-sama
dengannya membicarakan tentang surga dan neraka. Namun ketika Rasulullah
meninggalkannya, Hanzalah bermain-main dengan anak dan isterinya. Sehingga ia
mencap dirinya telah munafik atas peristiwa tersebut. Ketika itu pula Abu Bakar
terkejut mendengar perkataan demikian. Padahal Abu Bakar juga pernah mengalami
seperti itu. Kemudian keduanya berangkat menemui Rasulullah, dan diceritakanlah
apa yang sebenarnya telah terjadi. Bagaimana respon Rasulullah? Cukup sederhana
saja beliau hanya memberikan pesan tidak perlu seperti keadaannya bersama
beliau terus-menerus dalam keadaan berzikir (HR. Muslim dan Tirmizi dari
Hanzalah).
Kata-kata Rasulullah tersebut dapat kita pahami bahwa beliau memberikan
pesan kepada keduanya tentang perlu adanya waktu untuk refreshing atau
hiburan dan tidak mesti terlalu serius dalam menyikapi kehidupan. Artinya ada
saatnya bermain dengan anak dan isteri (keluarga) untuk menggembirakan hati
mereka guna menghilangkan rasa penat.
Rasulullah pun senang bermain dengan cucu beliau (Hasan dan Husain)
untuk menghibur mereka. Terdapat salah satu riwayat Jabir yang mengisahkan suatu ketika ia
(Jabir) masuk ke rumah Rasulullah. Kemudian beliau mengajaknya makan. Ketika
kami sedang makan (kata Jabir), lalu tiba-tiba beliau melihat Husein sedang
bermain dengan temannya. Apa yang dilakukan Rasulullah? Ketika itu beliau menghampiri
mereka sambil mengembangkan tangannya dan lari kesana-kemari. Melihat
Rasulullah bertingkah demikian, Husein jadi tertawa, dan beliau lalu
menangkapnya. Kemudian beliau meletakkan salah satu tangannya di dagunya,
sedangkan tangan yang satu diletakkannya di antara kepala dan dua telinganya. Lalu
beliau memeluknya dan menciumnya. (HR. Tabrani dari Jabir). Rasulullah pun senang
bermain dengan anak-anak para sahabat, bercanda dengan mereka. Termasuk
menghibur mereka dengan bermain.
Mari kita ambil hikmah dari adanya liburan ini dengan perenungan
nilai-nilai kemanusiaan secara kodrati sebagaimana yang dipesankan Rasulullah melalui
kisah di atas. Semoga kita semua dapat meresapi dan mengamalkan semua itu.
Amin.
Comments
Post a Comment