Jadilah Seperti Sepasang Sepatu!
Pada tanggal 10 Januari 2018 kami sekeluarga ikut rombongan study
tour yang diprakarsai oleh lembaga tempat isteriku mengajar. Tujuannya
tiada lain memperkenalkan beberapa museum yang ada di kota Bandung kepada para
siswa guna menambah pengetahuan kepada mereka. Sekembalinya dari sana, sepatu
kaki kiri milik anakku ketinggalan di bus pariwisata yang mengantarkan
rombongan ke museum tersebut. Maklumlah yang namanya jalan-jalan biasanya membawa itu dan ini, terus tatkala mau pulang ditambah
lagi dengan perasaan semua barang sudah dikemas ke dalam tas. Padahal, eh
ternyata pas tiba di rumah baru ketahuan sepatu kaki kiri anakku ketinggalan di
bus. Kontan saja isteriku menghubungi sopir bus tersebut ketika tiba di rumah.
Alhamdulillah ternyata memang ada di bawah jok bus tersebut dan sudah diamankan
oleh sopir.
Hal yang sama aku pun menghubungi sopir tersebut dan janjian untuk
ketemu di tempat yang disetuji. Sopir mengutarakan sepulangnya dari Cibeber
pada malam hari akan meneleponku, tapi masalah jamnya katanya belum pasti. Aku
pun menunggu sampai larut malam hari, bahkan siap-siap akan begadang dan motor pun
sudah siap agar apabila ada telepon dari sopir jadi mudah untuk meluncur ke
tempat yang dituju. Sempat bertanya dalam hati, jangan-jangan sopir lupa akan
menghubungiku, karena waktu sudah jam 03.30 malam belum juga menghubungiku. Eh
alhamdulillah ternyata jam 04.00 malam hari sopir menghubungiku dan ia sedang
menunggu di jalan baru mau ke Bandung. Kebetulan ia pun akan berangkat lagi membawa
rombongan dengan tujuan ke Madura. Kebetulan juga pada jam tersebut aku sedang buka Notebook. Kontan saja aku, tanpa
basa-basi langsung meluncur pakai sepeda motor ke tempat yang disebutkannya.
Dan akhirnya sepatu kaki kiri anakku kembali ke tangannya lagi. Bahkan ketika
itu sopir menitipkan pula kaos milik siswa yang telah belinya di Bandung ketinggalan
juga di bus.
Memang sebelumnya sempat terpikir buat apa ngejar-ngejar sepatu
yang sebelahnya, mendingan beli lagi ke toko yang baru dan merk yang sama,
meskipun resikonya harus beli sepasang. Tapi setelah berhasil didapat sepatu
yang sebelahnya kemudian direnungi, ternyata kejadian tersebut membawa hikmah
yang sungguh luar biasa dan menjadi inspirasi makna filosofi sepasang sepatu
jika dikaitkan dengan sepasang suami-isteri.
Mengapa dikatakan demikian? Kita perhatikan jika kaki kanan
bersepatu melangkah, maka kaki kiri bersepatu tidak pernah protes. Begitu pun
sebaliknya, jika kaki kiri yang duluan melangkah, kaki kanan tidak pernah
protes juga. Masing-masing saling menghormati dan mempersilahkannya melangkah
duluan pada waktu yang ditentukan sesuai kebutuhannya. Begitu pun jika sepatu
kaki kiri tidak dipakai, kontan saja sepatu kanan pun tidak akan dipakai juga. Atau
hal yang sama jika sebaliknya. Apa jadinya kalau ternyata hanya sebelah saja dipaksakan
dipakai, tentunya akan jadi bahan cemoohan orang yang melihatnya.Tidak mungkin
pula memakai sepasang sepatu yang berbeda jenis, warna atau merk di kaki kiri
dan kanan. Dan tidak ada satu toko pun yang akan menjual sepasang sepatu yang
berbeda demikian untuk dipakai di kaki kanan dan kiri. Gambaran seperti itu
menandakan adanya kesetiaan dan kekompakan sepasang sepatu.
Itulah sepasang suami-isteri idealnya laksana sepasang sepatu. Kesetiaan
dan kekompakan yang tergambar secara implisit dalam sepasang sepatu semestinya
dicontoh oleh sepasang suami-isteri. Jika seorang suami sedang tidak ada di
rumah, karena ada keperluan, mampukah seorang isteri rindu agar cepat pulang ke
rumah. Atau jika keduanya sedang bepergian, terus salah seorang tertinggal, mampukah yang
seorang menunggunya. Begitu pula jika suami sedang bepergian, mampukah isteri menjaga kehormatan suaminya. Jika
sudah mampu, demikian itu salah satu tanda isteri salehah sebagaimana
dijelaskan Rasulullah dalam hadisnya. Begitu pun sebaliknya seorang isteri yang
sedang tidak ada di rumah, mampukah seorang suami hal yang sama rindu pula agar
cepat pulang.
Mampukah melangkah untuk satu tujuan meskipun yang satu kedahuluan
oleh yang lainnya. Tidak mungkin kaki yang satu melangkah ke arah sana dan kaki
yang satu lagi melangkah ke arah sini. Demikian pula seorang suami-isteri dalam
bahtera rumah tangga tentunya mempunyai visi dan misi yang telah dirumuskan
bersama. Tidak mungkin tercapai visi dan misi tersebut jika tanpa ada sinergi
di antara keduanya. Mampukah masing-masing saling menjaga perasaan dan amanat
guna menggapai keluarga sakinah, mawadah, dan rahmah sebagaimana yang
diidamkan-idamkan oleh pasangan suami-isteri. Apalah artinya sepasang sepatu
jika dilihat dari segi materi. Akan tetapi
jika dilihat dari segi makna filosofinya sungguh luar biasa menyimpan
rahasia-rahasia kehidupan sepasang suami-isteri. Semoga makna filosofi sepasang
sepatu ini jadi renungan kita sehari-hari guna mencapai keluarga idaman dan
harapan masa depan. Amin.
Bahkan sepasang sepatupun memiliki makna yg begitu dalam, pagi-pagi udah di bikin baper sama tulisan bapak 😁
ReplyDelete