Tahun Mengasah Passion
Marilah kita sekarang fokus dan asah passion kita masing-masing
di tahun baru ini. Masing-masing kita punya passion dalam diri kita.
Namun, ada yang percaya diri pada passion tersebut, kemudian
dikembangkannya. Ada juga yang kurang percaya diri, karena rasa ketakutan dalam
dirinya. Istilah lainnya tidak ada keberanian untuk mengembangkannya. Sehebat
apaun passion jika tidak dikembangkan secara fokus, maka tidak akan
terwujud.
Barangkali kita sudah mengenal dan mendengar pendaki gunung terkenal di dunia yang jago mendaki gunung
tanpa menggunakan tabung oksigen, seperti Reinhold Messener (Italia), Erhard
Loretan (Swiss), Alex Lowe (Amerika), dan yang lainnya. Mereka semuanya ketika
mendaki tidak terlepas dari pengalaman, perhitungan, dan latihan yang fokus.
Tentunya selain kemauan yang kuat. Begitu pun kita juga kenal yang namanya
Kristoforus Kolumbus (Italia), Marco Polo (Italia), Ibnu Batutah (Maroko). Mereka
adalah para pengembara atau penjelajah dunia. Semuanya juga tak akan berhasil jika tanpa
adanya kemauan yang kuat dan fokus dalam menjalankannya.
Pernahkah kita mendengar kata-kata mutiara yang dikemukakan
Muhammad Al-Areifi dalam karyanya berjudul “Istamti’ Bihayatika”. Kitab
tersebut sudah dialihbahasakan oleh Zuli Askar berjudul: “Enjoy Your Life! (Seni
Menikmati Hidup).” Begini kata-katanya: “Jika kita ingin mendaki
sebuah gunung, maka pandanglah puncaknya. Janganlah sekal-kali memandang sekelilingnya,
seperti adanya bebatuan, pepohonan, terjalnya tebing, dan apa saja yang ada di
sekitarnya. Mendakilah dengan langkah penuh percaya diri. Janganlah pula
sekali-kali melompat, karena itu dapat membuat kaki terpeleset, sehingga
mengancan jiwa.”
Mari kita telaah kat-kata mutiara tersebut, kemudian dihubungkan dengan seorang
pendaki gunung dan penjelajah dunia. Jika sebelumnya yang dibayangkan hanya
tingginya puncak gunung oleh seorang pendaki gunung, juga jauhnya jarak
sebagaimana yang dilakukan oleh penjelajah dunia, maka impian untuk mendaki dan
menjelajah tidak akan terwujud. Sebaliknya jika yang dibayangkan bukan itu,
melainkan bagaimana caranya agar bisa terlaksana untuk mendaki dan menjelajah,
maka akan dicari solusi dan strategi untuk mewujudkannya. Maka, di mana ada
kemauan, di situlah ada jalan. Namun
semua itu tidak cukup hanya kemauan, melainkan mesti dibarengi dengan kemampuan,
keberanian, dan kesabaran. Berani berbeda dengan nekad. Jika berani mengandung makna melakuan tindakan dengan perhitungan, maka nekad sebaliknya, yakni tanpa ada
perhitungan.
Kata-kata mutiara tersebut secara implisit memberikan pesan kepada
kita betapa impian atau cita-cita tidaklah mudah dapat diraih dengan cara
instan. Artinya penuh dengan perjuangan dan kerja keras, kerja cerdas, dan
kerja ikhlas. Ketika menggapai cita-cita tersebut tentunya akan banyak didapat
tantangan dan ujian, baik yang datangnya dari keluarga, kolega, atau
masyarakat. Tak terkecuali dari teman dekat kita sehari-hari. Mungkin saja ada
di antara mereka ada yang memberi support, dan mungkin ada juga yang
sinis. Macam-macamlah yang didengar. Akan tetapi ada yang paling berpengaruh
terhadap impian kita, siapa dia? Tiada lain pasangan kita, yakni suami atau
isteri. Support darinya, insya Allah diawali langkah percaya diri,
semangat, setahap demi setahap, penuh kehati-hatian, impian tersebut berhasil.
Ada benarnya juga apa yang diungkapkan oleh Isham bin Muhammad Al-Syarif: “Pemberian motivasi dapat berpengaruh terhadap bangkitnya obsesi dan peningkatan aktivitas. Ia laksana bahan bakar yang berfungsi membangkitkan semangat yang menggebu-gebu.” Demikian betapa pentingnya motivasi terutama dari orang terdekat guna menggapai impian.
Kita juga masih ingat kata-kata mutiara ulama: “Barang siapa
bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan apa yang diimpikannya” (Man
Jadda Wajada). Ada juga kata-kata mutiara lainnya: “Barang siapa yang sabar,
maka ia akan mendapatkan apa yang diimpikannya” (Man Sabara Nala). Semoga di tahun ini, kita lebih meningkat etos
kerja kita, berkarya, dan bisa mendatangkan manfaat bagi agama, keluarga,
masyarakat, dan negara. Amin.
Comments
Post a Comment