Tahun Mengasah Passion

Mengawali tulisan di tahun 2018 ini, semoga berita hoax yang sering kita sendiri pernah dengar di medsos pada tahun sebelumnya, semuanya berlalu dan diganti dengan semangat nasionalisme dan berkarya. Kemudian yang tak kalah pentingnya menjalin kebersamaan, kerukunan, keharmonisan, dan ketulusan, baik antar keluarga, kolega, dan masyarakat. Tahun ini tentunya akan semakin hangat suhu politik sebagaimana yang kita lihat di televisi terkait dengan musimnya Pilkada. Masing-masing calon sedang gesit-gesitnya mempersiapkan diri dan mental untuk menghadapinya. Tak kalah gesitnya Parpol untuk melamar atau mendukung calon yang menurutnya layak untuk maju. Politik itu dinamis. Demikian kata politisi. Karenanya boleh jadi akan berubah haluan. Artinya yang asalnya mendukung, boleh jadi batal dukungan terhadapnya, karena alasan dan kepentingan tertentu.  

Marilah kita sekarang fokus dan asah passion kita masing-masing di tahun baru ini. Masing-masing kita punya passion dalam diri kita. Namun, ada yang percaya diri pada passion tersebut, kemudian dikembangkannya. Ada juga yang kurang percaya diri, karena rasa ketakutan dalam dirinya. Istilah lainnya tidak ada keberanian untuk mengembangkannya. Sehebat apaun passion jika tidak dikembangkan secara fokus, maka tidak akan terwujud.

Barangkali kita sudah mengenal dan mendengar pendaki gunung terkenal di dunia yang jago mendaki gunung tanpa menggunakan tabung oksigen, seperti Reinhold Messener (Italia), Erhard Loretan (Swiss), Alex Lowe (Amerika), dan yang lainnya. Mereka semuanya ketika mendaki tidak terlepas dari pengalaman, perhitungan, dan latihan yang fokus. Tentunya selain kemauan yang kuat. Begitu pun kita juga kenal yang namanya Kristoforus Kolumbus (Italia), Marco Polo (Italia), Ibnu Batutah (Maroko). Mereka adalah para pengembara atau penjelajah dunia. Semuanya juga tak akan berhasil jika tanpa adanya kemauan yang kuat dan fokus dalam menjalankannya.

Pernahkah kita mendengar kata-kata mutiara yang dikemukakan Muhammad Al-Areifi dalam karyanya berjudul “Istamti’ Bihayatika”. Kitab tersebut sudah dialihbahasakan oleh Zuli Askar berjudul: “Enjoy Your Life! (Seni Menikmati Hidup).” Begini kata-katanya: “Jika kita ingin mendaki sebuah gunung, maka pandanglah puncaknya. Janganlah sekal-kali memandang sekelilingnya, seperti adanya bebatuan, pepohonan, terjalnya tebing, dan apa saja yang ada di sekitarnya. Mendakilah dengan langkah penuh percaya diri. Janganlah pula sekali-kali melompat, karena itu dapat membuat kaki terpeleset, sehingga mengancan jiwa.”

Mari kita telaah kat-kata mutiara tersebut, kemudian dihubungkan dengan seorang pendaki gunung dan penjelajah dunia. Jika sebelumnya yang dibayangkan hanya tingginya puncak gunung oleh seorang pendaki gunung, juga jauhnya jarak sebagaimana yang dilakukan oleh penjelajah dunia, maka impian untuk mendaki dan menjelajah tidak akan terwujud. Sebaliknya jika yang dibayangkan bukan itu, melainkan bagaimana caranya agar bisa terlaksana untuk mendaki dan menjelajah, maka akan dicari solusi dan strategi untuk mewujudkannya. Maka, di mana ada kemauan, di situlah ada jalan.  Namun semua itu tidak cukup hanya kemauan, melainkan mesti dibarengi dengan kemampuan, keberanian, dan kesabaran. Berani berbeda dengan nekad. Jika berani mengandung makna melakuan tindakan dengan perhitungan, maka nekad sebaliknya, yakni tanpa ada perhitungan.

Kata-kata mutiara tersebut secara implisit memberikan pesan kepada kita betapa impian atau cita-cita tidaklah mudah dapat diraih dengan cara instan. Artinya penuh dengan perjuangan dan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Ketika menggapai cita-cita tersebut tentunya akan banyak didapat tantangan dan ujian, baik yang datangnya dari keluarga, kolega, atau masyarakat. Tak terkecuali dari teman dekat kita sehari-hari. Mungkin saja ada di antara mereka ada yang memberi support, dan mungkin ada juga yang sinis. Macam-macamlah yang didengar. Akan tetapi ada yang paling berpengaruh terhadap impian kita, siapa dia? Tiada lain pasangan kita, yakni suami atau isteri. Support darinya, insya Allah diawali langkah percaya diri, semangat, setahap demi setahap, penuh kehati-hatian, impian tersebut berhasil.

Ada benarnya juga apa yang diungkapkan oleh Isham bin Muhammad Al-Syarif: “Pemberian motivasi dapat berpengaruh terhadap bangkitnya obsesi dan peningkatan aktivitas. Ia laksana bahan bakar yang berfungsi membangkitkan semangat yang menggebu-gebu.” Demikian betapa pentingnya motivasi terutama dari orang terdekat guna menggapai impian.

Kita juga masih ingat kata-kata mutiara ulama: “Barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan apa yang diimpikannya” (Man Jadda Wajada). Ada juga kata-kata mutiara lainnya: “Barang siapa yang sabar, maka ia akan mendapatkan apa yang diimpikannya” (Man Sabara Nala). Semoga di tahun ini, kita lebih meningkat etos kerja kita, berkarya, dan bisa mendatangkan manfaat bagi agama, keluarga, masyarakat, dan negara. Amin.

Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah