Khusuf Bukti Kekuasaan Allah

Kita telah menyaksikan tadi malam bukti kekuasaan Allah berupa gerhana bulan atau khusuf. Apa itu khusuf ? Khusuf berarti hilangnya cahaya bulan sebagiannya atau seluruhnya pada malam hari, karena terhalang oleh bayangan bumi. Berbeda dengan kusuf atau gerhana matahari maknanya adalah terhalangnya cahaya matahari sebagian atau seluruhnya pada siang hari. Ketika khusuf, posisi bumi berada di antara matahari dan bulan. Terjadinya khusuf biasanya pertengahan bulan atau bulan purnama. Berbeda dengan kusuf atau gerhana matahari biasanya terjadi di akhir bulan.

Ali Al-Jurjawi (dalam Himatut Tasyri wa Falsafatuhu) menjelaskan matahari lebih besar dibandingkan dengan bumi. Besarnya matahari sama dengan seukuran satu juta tiga ratus ribu kali bumi. Ukuran demikian sama dengan ukuran langit keempat. Sedangkan bulan lebih kecil dari bumi. Besarnya bumi sama dengan seukuran empat puluh sembilan kali bulan. Dan jarak bulan lebih dekat kepada kita dibanding  dengan matahari.  

Gerhana bulan pada malam hari tadi menurut Thomas Djamaludin (Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) termasuk hal yang istimewa, karenanya dikatakan Supermoon. Dikatakan demikian, menurutnya, karena jarak bulan masih terdekat dengan bumi. Sehingga purnama dan gerhana tampak lebih besar dari biasanya. Selain itu disebut pula dengan Blue Moon, karena purnama kedua pada bulan Januari, setelah 1 Januari lalu. Selain itu pula gerhana total ini disebut pula dengan Blood Moon, karena saat gerhana total bulan tampak merah darah. Dengan demikian, menurutnya, gerhana bulan pada tanggal 31 Januari 2018 ini disebut dengan Super Blue Blood Moon.

Itulah kekuasaan-Nya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya yang intinya menerangkan adanya malam dan siang, matahari dan bulan merupakan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya. Janganlah sujud pada matahari, juga pada bulan. Akan tetapi bersujudlah pada Allah yang telah menciptakannya (Surah Fusilat: 37).

Wahbah Zuhaili (dalam Tafsir al-Wasit) menjelaskan ayat tersebut berkenaan dengan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya dan dalil-dalil yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya adalah adanya malam dan siang, diciptakannya bulan dan matahari yang menyinari bumi. Semua itu memberi manfaat pada manusia untuk kehidupannya. Bulan dan matahari keduanya makhluk-Nya yang senantiasa tunduk atas perintah-Nya, karenanya dilarang menyembah kepada keduanya.

Ayat tersebut membantah kebiasaan agama Sabiin yang suka menyembah bintang, matahari, dan benda-benda langit lainnya. Mereka menyangka dengan menyembah matahari dan bulan sama saja dengan menyembah Allah. Karenanya ayat tersebut sebagai dalil dianjurkannya salat kusuf dan khusuf yang oleh para ulama hukumnya dikatakan sebagai sunat muakkad.

Dalam hadis juga iceritakan pernah terjadi kusuf pada masa Rasulullah Saw bertepatan dengan hari wafatnya putra beliau (Ibrahim tahun 11 Hijriah). Ketika itu orang-orang mengira terjadinya kusuf matahari karena meninggalnya putra beliau tersebut. Ketika itu pula beliau bersabda di hadapan mereka dan menegaskan bahwa sesungguhnya matahari dan bulan termasuk tanda-tanda kebesaran-Nya, keduanya terjadi gerhana bukan karena meninggal atau meninggalnya seseorang (HR. Muslim dari Jabir).  

Hikmah terjadinya gerhana bulan sebagaimana dijelaskan Al-Tuwaijiri (dalam Mausuah al-Fiqh al-Islami) adalah Allah mengingatkan hamba-Nya agar selalu ingat kepada-Nya setiap saat. Selain itu mengingatkan pula bahwa kejadian seperti itu ada yang mengaturnya dan ada yang menciptakannya pula. Dialah (Allah) yang mengatur semua itu. Dialah Allah yang Maha Kuasa.

Dengan demikian apa yang pantas kita sombongkan di muka bumi ini? Semuanya itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kekuasaan-Nya. Apa yang kita punyai sekarang, semua itu milik-Nya yang suatu ketika akan diambil oleh-Nya. Semua kembali kepada-Nya. Tidak pantas jika dalam kehidupan sehari-hari kita menyembah-Nya, namun faktanya kita masih sangat tergantung sekali kepada makhluk dan mengandalkan popularitasnya. Bukankah dalam setiap kali kita salat selalu mengucapkan Iyyâka Na’budu wa Iyyâka Nastaînu. Innallâha ‘alâ Kulli Syain Qadîr. Semoga bermanfaat. Amin.



Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:

Hidayat, Enang (2018, 01 Pebruari). Khusuf Bukti Kekuasaan Allah  [Entri blog].  Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2018/02/khusuf-bukti-kekuasaan-allah.html

Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah