Jihad Melawan Galengan Becek
Selama sebulan lamanya peserta KKN STISNU Cianjur harus melewati galengan
becek menuju poskonya. Sungguh tantangan yang tidak ringan, apalagi musim hujan
seperti sekarang ini. Jika memaksakan membawa motor ke posko pun agar lebih cepat
memerlukan perjuangan dengan mendorongnya oleh seorang lagi. Namun hal itu
tidak menjadi kendala bagi peserta. Semuanya itu dilaluinya dengan penuh
semangat dan kesabaran.
Saya pun, selaku DPL mengontrol mahasiswa sebanyak enam kali
termasuk survey lokasi hingga penutupan. Dan menjelang penutupan malamnya menginap
di posko. Seusai pulang malam hari sekitar jam 23.00 menghadiri
tablig akbar di Desa Campaka, hingga sepatu, jaket, celana, dan sarung terkena
percikan tanah becek tersebut. Apalagi para mahasiswa yang selama sebulan
waktunya berinteraksi dengan tanah galengan becek tersebut. Ditambah lagi dengan situasi
malam hari ketika mereka akan berangkat melaksanakan berjamaah salat fardu ke mesjid terdekat
atau ke tempat lainnya karena keperluan tertentu harus menerangi galengan cukup
mengandalkan senter yang ada di HP-nya masing-masing.
Kini tantangan itu sementara telah dilaluinya, karena kemarin hari
Senin, tanggal 12 Maret 2018, penutupan KKN. Namun bukan berarti tantangan itu
sudah berhenti sampai di sini. Tatkala sudah lulus, mahasiswa dituntut mampu
menghadapi heterogen karakter dan budaya masyarakat masing-masing, tempat
mereka tinggal selama ini. Latihan fisik, fsikis, emosi selama KKN yang
waktunya relatif singkat, sebenarnya cukup buat mengenal lingkungan desa tempat
KKN, menjadi bekal dan pengalaman untuk terus kreatif dan inovatif memajukan
masyarakat, apakah di lembaga pendidikan, pemerintahan, majelis taklim atau
yang lainnya yang ada di sekitar kampungnya masing-masing. Dengan kata lain
perjuangan ini belum selesai wahai para mahasiswa. Kalian akan dihadapkan
tantangan yang lebih berat. Namun, semuanya itu percayalah, Tuhan Yang Maha
Kuasa akan selalu membantu hamba-Nya yang punya niat mulia.
“Galengan Becek” salah satu contoh isyarah jalan yang harus dilalui khususnya oleh mahasiswa, dan umumnya oleh kita
semua untuk meraih keberhasilan di kemudian hari. Keberhasilan tidak akan
diraih tanpa adanya kerja keras dan perjuangan. Semua itu harus dihadapinya
dengan penuh kesabaran. Kemauan yang kuat saja tidak cukup jika tidak diringi dengan keberanian
dan kesabaran. Dan yang tak kalah pentingnya tawakal kepada Yang Maha Kuasa.
Jihad tidak identik dimaknai mengangkat senjata untuk bertempur
di medan perang. Berjuang memajukan kampung sekitar di mana kita semua tinggal
itu juga termasuk jihad. Dengan kata lain jihad bersifat indefendent tergantung
situasi yang dihadapinya. Kontekstualitas peristiwa yang dialami kita seiring
perkembangan zaman, sehingga memerlukan pemecahannya merupakan lahan jihad juga.
Adanya perkembangan zaman khususnya bagi mahasiswa yang merupakan
agen perubahan (agent of change) menuntut berjiwa mandiri, kreatif dan
inovatif. Karenanya tidak cukup mengandalkan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan, yang waktunya relatif terbatas. Mahasiswa perlu kreatif mencari ilmu
melalui membaca, menelaah, meneliti, dan menggali lagi di luar perkuliahan. Itulah masyarakat
dan alam yang merupakan lahan ilmu yang tidak tertulis. Pengalaman
bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat bisa dijadikan ilmu yang
kemudian digabung dengan teori yang telah diperoleh di bangku di perkuliahan.
Ilmu yang diperoleh selama kuliah atau mesantren berapapun lamanya
jika belum bersosialisasi dan berinteraksi terjun langsung ke masyarakat, tidak
akan berkembang. Teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan boleh
jadi berbeda dengan praktiknya di lapangan. Karenanya mahasiswa mesti
menggabungkan antar teori dan praktik.
Ilmu akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia dan
pengalaman. Percayalah Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu,
di manapun berada. Namun tak cukup hanya mengandalakan ilmu tinggi, melainkan
perlu diiringi dengan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga
perlunya ilmu yang disertai amal saleh dalam kehidupan sehari-hari. Itulah yang
disebut hikmah. Semoga hal itu bisa tercapai oleh kita semua. Amin.
Heheh kereen pak, satu malam menginap bisa djadikan tulisan .. jihad melawan galengan 😁😁
ReplyDeleteIde untuk bahan tulisan itu bisa juga diperoleh dari apa yang kita rasakan atau alami dalam kehidupan sehari-hari.
DeleteIde untuk bahan tulisan itu bisa juga diperoleh dari apa yang kita rasakan atau alami dalam kehidupan sehari-hari.
DeleteHehe iya pak,mengembangkan yg susah
DeleteTerinspirasi ya pak sama keadaan nyaaa hehe
ReplyDeleteMemang keren bapak dosen kita yang satu ini 😁
ReplyDelete