Hoax Munafik ketika Perang Tabuk
Sebagaimana dijelaskan dalam tulisan sebelumnya, tantangan yang
dihadapi Rasulullah ketika perang Tabuk (Rajab tahun 9 Hijriah), yakni keengganan orang-orang munafik untuk
ikut berperang, seperti Al-Jadd bin Qais, seorang tokohnya. Karenanya dibuatlah
alasan yang dibuat-buat oleh mereka.
Diriwayatkan ketika Rasulullah akan berangkat ke medan perang
Tabuk, beliau bersabda kepada Al-Jadd bin Qais: “Wahai Al-Jadd bagaimana
pendapatmu berperang melawan Bani Asfar (Romawi)”? Ia menjawab: “Ya Rasulullah,
sungguh aku mudah tertarik kepada wanita. Jika aku ikut berperang, khawatir aku
tergoda olehnya, apalagi oleh gadis-gadis Bani Asfar. Oleh karena itu izinkanlah
aku untuk tidak ikut berperang bersamamu. Janganlah engkau jerumuskan aku ke dalam
dosa.”
Peristiwa tersebut melatarbelakangi turunnya Surah At-Taubat: 49
yang menegaskan itulah alasan yang dibuat-buat orang munafik seperti Al-Jadd bin
Qais agar tidak ingin ikut berperang bersama Rasulullah. Karenanya alasan
mereka demikian menjadikan mereka dibenci Allah dan menjadikan mereka terjerumus
ke dalam api neraka.
Kenapa alasan yang dibuat-buat Al-Jadd tersebut menghubungkannya
dengan wanita Bani Asfar? Menurut riwayat Mujahid sebagaimana dijelaskan Imam
Suyuti (dalam Tafsir Al-Durr al-Mansur) ketika itu Rasulullah
memberitakan kabar gembira kepada orang yang ikut berperang akan mendapatkan
ganimah gadis-gadis Bani Asfar (Romawi). Karenanya peristiwa tersebut
melatarbelakangi turunnya ayat tersebut (Surah At-Taubat: 49).
Ada juga riwayat lain sebagaimana masih dikutif Imam Suyuti dalam
riwayat Ad-Dahak yang menceritakan ketika Rasulullah hendak berperang, beliau
bersabda: “Insya Allah kita akan berperang dengan orang Romawi. Kita akan
mendapatkan ganimah para gadis Bani Asfar. Ketika itu beliau menyebutkan
kecantikan mereka. Tujuannya tiada lain memberi semangat kepada kaum muslimin agar
tertarik untuk ikut berperang. Kemudian Al-Jadd berdiri dan berkata: “Ya
Rasulullah, sungguh engkau telah mengetahui aku mudah ini tertarik pada wanita,
izinkan aku tidak ikut berperang, karena khawatir aku terjerumus ke dalam dosa.”
Ulama Tafsir lainnya seperti Al-Tabari (dalam Tafsir Tabari)
dan Al-Wahidi (dalam Lubabun Nuqul) tidak menjelaskannya demikian sebagaimana
diriwayatkan Mujahid dan Ad-Dahak di atas. Karenanya menurut sebagian riwayat tersebut
termasuk riwayat lemah. Demikian dijelaskan Al-Qurtubi dalam Al-Jami li
Ahkamil Quran).
Terlepas dari kontroversi mengeni riwayat kedua terakhir ini, yang
jelas semua alasan tersebut dibuat-buat oleh orang munafik seperti Al-Jadd bin
Qais agar tidak ikut berperang bersama Rasulullah ketika itu. Makanya pantas
Allah diujung ayat tersebut menegaskan tindakan mereka itu menjadikan mereka
celaka nanti pada hari akhir.
Selanjutnya tindakan orang-orang munafik selain alasan di atas,
mereka juga suka mengumbar berita hoax yang menceritakan Rasulullah dan
para sahabtnya mendapatkan kabar yang tidak baik, yakni mengalami kecelakaan
ketika di perjalanan menuju Tabuk. Padahal beliau dan para sahabat baik-baik
saja. Atas peristiwa tersebut, turunlah ayat selanjutnya (Surat At-Taubat: 50) yang
menanggapi tindakan orang munafik tersebut.
Al-Tabari (dalam Tasir al-Tabari) dan Imam Suyuti
(dalam Tafsir Al-Durul Mansur) menjelaskan ayat tersebut
menegaskan jika Rasulullah dan para sahabatnya mendapatkan kabar gembira
tentang perang Tabuk, maka Al-Jadd bin Qais dan para koleganya akan membuat
kegaduhan dan menyebarkan berita hoax. Kemudian jika Rasulullah dan para
sahabat mendapatkan musibah, maka mereka akan menganggap hal demikian merupakan
sebuah keuntungan bagi mereka yang sejak awal tidak ikut berperang. Sehingga
mereka menganggap sejak awal telah berhati-hati. Karena itu mereka merasa
gembira. Selain itu mereka juga gemar melakukan tipu daya yang menyebabkan kaum
muslim marah sekali.
Hal ini tidak ada bedanya ketika Rasulullah mendapatkan kebaikan atau
kemenangan pada perang lainnya seperti perang Badar (Ramadan tahun 2 Hijirah). Ketika
itu orang-orang munafik menyebarkan berita hoax juga seolah-olah
Rasulullah mendapatkan kabar tidak baik. Kemudian jika Rasulullah ditimpa
musibah seperti ketika banyak para mujahid yang gugur di medan perang Uhud
(Syawal tahun 3 Hijriah), orang-orang munafik pun merasa bangga atas sikap
mereka yang tidak ikut perang. Demikian dijelaskan Wahbah Zuhaili (dalam Tafsir
Al-Wasit) dan Mustafa Al-Maragi (dalam Tafsir Al-Maragi).
Itulah watak orang munafik pada masa itu yang menjadi tantangan dan
cobaan bagi Rasulullah dan para sahabat ketika perang Tabuk. Namun demikian
tantangan tersebut berhasil dilewatinya berkat adanya semangat, persatuan, dan
keteguhan keimanan kaum muslimin. Semoga watak orang munafik sebagaimana telah disebutkan di atas tidak ada dalam
diri kita semua. Semoga bermanfaat. Amin.
Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:
Hidayat, Enang (2018, 27 Maret). Hoax Munafik ketika Perang Tabuk [Entri blog]. Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2018/03/sebagaimana-dijelaskan-dalam-tulisan.html
Comments
Post a Comment