Ibrahim Jantung Hati Rasulullah Saw
Perang Tabuk (Rajab 9 Hijriah) merupakan perang terakhir yang
dialami Rasulullah. Sebenarnya berapa kali Rasulullah mengalami perang selama
hidupnya? Para sejarawan Islam mengemukakan perang yang dialaminya sebanyak dua
puluh delapan kali.
Dengan berakhirnya ekspedisi Tabuk ini, Rasulullah
merasa aman dari setiap permusuhan. Karenanya banyak berduyun-duyun dari
berbagai daerah untuk menyatakan kesetiannya kepadanya dan mengumumkan
keislamannya. Setelah berakhirnya perang Tabuk, Rasulullah mukim di Madinah. Demikian
dikemukakan oleh Muhammad Husain Haikal dalam karyanya yang berjudul “Hayatu
Muhammad.”
Di tengah kenyamanannya tersebut, Rasulullah juga merasa gembira
karena dikaruniai bayi (dari Mariah), yaitu Ibrahim yang merupakan jantung
hatinya. Dan harapannya penuh kepada Ibrahim sebagai kadernya. Rasa kasih sayang ini begitu mendalam, karena kedua
putranya terlebih dahulu telah meninggal dunia, yaitu Al-Qasim dan Abdullah
(dari Khadijah). Ketika itu keduanya masih bayi dalam pangkauan ibunya. Setelah
itu kehilangan pula isteri tercintanya (Khadijah). Kemudian disusul juga dengan meninggalnya putri-putrinya. Bahkan beliau sendiri yang menguburkan para putra putrinya yang meninggal
itu. Satu persatu kekasihnya meninggalkannya. Oleh karena itu dalam keaadaan
demikian, Rasulullah di samping menjadi bapak, juga menjadi ibu anak yang masih
hidup, yaitu Fatimah dan Ibrahim.
Namun hanya beberapa bulan menikmati kemesraan dengan jantung
hatinya, Rasulullah diuji lagi dengan sakitnya Ibrahim. Dan sakitnya itu tidak
begitu lama, hingga wafatnya. Direngkuhnya anak itu ke dalam pangkuannya sambil
merasakan sedih yang mendalam sambil berkata; “Ibrahim, kami tidak dapat
menolong kehendak Allah.“
Tak terkecuali kesedihan itu dirasakan Mariah (ibunya) dan adiknya
(Sirin) yang suka merawatnya. Bahkan kaum muslimin ketika itu ikut bersedih
sambil menenangkan Mariah dan Sirin sehingga mereka menghibur keduanya bahwa
Ibrahim akan mendapatkan inang pengasuh di surga. Lalu jenazah Ibrahim
dimandikan oleh Fadl bin Abbas.
Kemudian setelah itu disalatkan oleh Rasulullah. Setelah beres lalu dibawa ke
Baqi’ untuk dimakamkan. Rasulullah ketika itu diantar oleh Abbas (pamannya) dan kaum
muslimin.
Pada waktu meninggalnya Ibrahim, terjadi gerhana matahari (kusuf).
Sehingga kaum muslimin ketika itu menganggap gerhana itu karena meninggalnya
Ibrahim. Dan mereka menganggpnya peristiwa gerhana waktu itu sebagai mukjizat.
Anggapan itu hingga sampai ke telinga Rasulullah. Kemudian dalam khotbahnya
Rasulullah menyinggungnya bahwa kejadian gerhana itu bukanlah disebabkan karena
meninggalnya seseorang seperti Ibrahim atau hidupnya, melainkan sebagai
tanda-tanda kekuasaan Allah. Kemudian Rasulullah mengingatkan kepada kaum
muslimin ketika melihat kejadian gerhana hendaklah banyak berlindung dan
berzikir kepada Allah. Semoga bermanfaat. Amin.
Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:
Hidayat, Enang (2018, 02 April). Ibrahim Jantung Hati Rasulullah Saw [Entri blog]. Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2018/04/ibrahim-jantung-hati-rasulullah-saw.html
Papa juara
ReplyDelete