Perang di Bulan Syakban
Kata “Syakbân” شعبان)) jamaknya “Syakbânâtun
wa Syaâbînu (شعبانات
وشعابين). Kata dasarnya berasal dari kata “Syaaba” (شعب) yang berartiفرق yang
berarti juga berpisah atau berpencar-pencar. Disebut demikian, karena
orang-orang Arab berpisah atau berpencar-pencar ketika mereka mencari air. Sebagian
ulama berpendapat disebut demikian, karena bulan tersebut zahir antara Rajab
dan Ramadan. Demikian dikemukakan Luis
Makluf (dalam Al-Munjid), Al-Zubaidi (dalam Tajul Arus), Ibnu Manzur (dalam Lisanul Arab), dan Al-Zauhari (dalam Al-Sihah
Tajul Lugah).
Perang yang
dialami Rasulullah Saw. pada bulan Syakban ada tiga perang, yakni perang Zatur
Riqa (4 Hijriah), Badar akhir (4 Hijriah), dan perang Bani Mustalik (5
Hijriah).
Pertama, perang Zatur Riqa. Nama lain perang Zatur Riqa adalah perang
Maharib, perang Bani Saklabah, perang Bani Inmar, dan perang salat khauf,
karena adanya pelaksanaan salat khauf di dalamnya.
Para ulama juga
berbeda pendapat mengenai penamaan perang tersebut dengan perang Zatur Riqa. Menurut
sebagian pendapat karena pada waktu itu orang-orang Arab menambal benderanya. Menurut
riwayat, Zatur Riqa adalah sebuah nama pohon. Menurut riwayat Abu Musa, karena pasukan
mengikat kakinya dengan sobekan kain. Menurut sebagian pendapat lagi sehubungan
dengan sebuah gunung yang di dalamnya terdapat warna hitam, putih, dan merah. Seolah-olah
ada tambalan di gunung tersebut.
Penyebab perang
tersebut karena orang-orang kafir berkumpul untuk memerangi Rasulullah.
Kemudian beliau memberitahu para sahabat dan bersiap-siap untuk menghadapinya. Ketika
itu beliau bersama-sama dengan empat ratus orang sahabat. Menurut riwayat lain
lebih dari itu.
Namun pada
waktu itu tidak jadi perang, melainkan hanya kekhawatiran saja terjadi.
Karenanya Rasulullah menginstruksikan pasukan untuk melaksanakan salat Khauf. (Ibnu
Kasir dalam Al-Bidayah, Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiah, dan Muhammad Rida dalam Muhammad Rasulullah Saw).
Kedua, perang Badar Akhir. Nama lain perang tersebut adalah perang Badar
Sugra dan Badar Mauid, karena adanya perjanjian dengan Abu Sufyan pada hari
Uhud. Perang tersebut dikenal juga dengan perang Badar Ketiga. Selain itu pula
dikenal dengan perang Suwaik.
Pada perang
tersebut, Rasulullah mengerahkan kekuatannya dengan ditemani seribu lima ratus
orang sahabat dan sepuluh ekor kuda. Sedangkan Abu Sufyan mengerahkan dua ribu
pasukan dan lima puluh ekor kuda. Karena merasa pasukannya lebih banyak dibanding
dengan pasukan Rasulullah, maka Abu Sufyan mengutus Nuaim untuk memberitahukan
para sahabat Rasulullah agar lebih baik
mundur saja.
Namun hal
tersebut tidak membuat Rasulullah dan para sahabat ketakutan atau gentar
menghadapinya. Justeru yang ada menambah semangat dan siap berjuang sekuat
tenaga. Dalam kesempatan tersebut beliau berkata: “Demi jiwaku yang ada dalam
kekuasaan-Nya, seandainya tidak ada seorang pun yang akan menemaniku keluar untuk
menghadapi pasukan Abu Sufyan, maka biarkan aku sendiri yang akan menghadapinya.”
Dalam perang tersebut, kemenangan ada di pihak kaum muslimin setelah pasukan
Abu Sufyan menawarkan perjanjian perdamaian.
Ketiga, perang Bani Mustalik. Nama lain perang tersebut adalah perang
Muraisi. Adapun penyebab adanya perang tersebut adalah karena Bani Mustalik
mengadakan makar kepada kaum muslimin. Peristiwanya ketika itu Haris bin Abi
Darar al-Khajai mengumpulkan pasukan untuk memerangi Rasulullah. Kemudian
beliau tidak tinggal diam dan segera mengerahkan kekuatan untuk menghadapinya
dengan ditemani sepuluh orang dari kaum Muhajirin dan dua puluh orang dari kaum
Ansar. Serta membawa tiga puluh ekor kuda. Selain itu pula ditemani Aisyah dan
Umu Salamah.
Rasulullah
ketika itu menyerahkan bendera kepada Abu Bakar Sidik, utusan dari kaum Muhajirin.
Sedangkan utusan dari kaum Ansar adalah Saad bin Ubadah. Dalam kesempatan ini,
kemenangan ada di pihak pasukan kaum muslimin. Karena pasukan kaum muslimin
berhasil melumpuhkan sepuluh orang pasukan kaum musyirikin dan berhasil juga
menawan sebagiannya. Padahal pasukan kaum musyrikin jauh lebih banyak sekitar
tujuh ratus pasukan. Sedangkan dari pihak
kaum muslim yang gugur mati sahid hanya seorang yakni Hisam bin Sababah.
Itupun gugur secara tidak sengaja terbunuh oleh Ubadah bin Samit (dari kaum Ansar)
yang menyangkanya dari pihak musuh. Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment