Persiapan Menghadapi Ramadan
Hadis tersebut secara implisit berbicara tentang jauh-jauh hari
Rasulullah sudah mempersiapkan kedatangan bulan Ramadan. Karena Ramadan ibarat
tamu agung, sehingga beliau pun sangat mengharapkan ketika Ramadan tiba, beliau
masih diberikan usia di dunia. Bukankah sebelumnya beliau berpuasa di bulan
Rajab, dan selama bulan Syakban, beliau juga sebulan penuh berpuasa. Sehingga menyambung
dengan bulan Ramadan. Dengan demikian persiapan yang beliau lakukan adalah
beribadah dengan puasa, dan ibadah-ibadah lainnya setiap harinya. Namun karena Ramadan
keutamaanya melebihi bulan-bulan selainnya, maka beliau sangat mengagungkan
bulan tersebut.
Kebiasaan berpuasa sudah dilakukan oleh para Nabi sebelum Nabi
Muhammad. Syekh Dahlawi (dalam Hujjatullahil Baligah) menjelaskan
kebiasaan Nabi Nuh berpuasa tiap hari. Nabi Daud biasa sehari puasa dan sehari
tidak. Nabi Isa biasa sehari puasa dan dua hari tidak. Nabi Musa pernah
berpuasa selama empat puluh hari menjelang turunnya Taurat. sebagaimana telah penulis
bahas dalam tulisan sebelumnya yang berhubungan dengan Munajat Nabi Musa. Sementara itu Nabi Muhammad juga melaksanakan puasa selama sebulan di
bulan Syakban (selain kewajiban puasa Ramadan), puasa sunat tiga hari setiap
bulannya (tanggal 13, 14, dan 15 Hijriah), puasa Arafah, puasa Asyura, puasa
Senin dan Kamis tiap minggunya. Bagi beliau
puasa itu bagai obat untuk mengobati racun yang ada dalam tubuh. Puasa yang
dilakukan Nabi-nabi tersebut tergolong ke dalam puasa sunat dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Mengenai puasa wajib yang
dilakukan oleh umat sebelum Nabi Muhammad, insya Allah akan dibahas dalam judul
selanjutnya.
Karena agungnya Ramadan tersebut, sehingga Rasulullah bersabda
dalam hadisnya: “Apabila datang bulan Ramadan, maka pintu surga dibuka,
pintu neraka dikunci, dan setan diborgol (dibelenggu).” (HR. Bukhari dn
Muslim dari Abu Hurairah).
Ibnu Hajar Asqalani (dalam Fathul Bari Syarh Sahih Bukhari) menjelaskan maksud “pintu surga dibuka” adalah Allah membukakan pintu surga
untuk hamba-Nya yang taat. Sehingga menyebabkannya masuk surga. Selanjutnya
maksud “pintu neraka dikunci” adalah dihindarkannya dari perbuatan maksiat yang
menyebabkannya masuk neraka. Sementara itu maksud “diborgolnya setan” adalah
terhindar dari bujukan hawa nafsu.
Sedangkan Al-Manawi (dalam Faidul Qadir Syarh Jamius Sagir) menjelaskan
maksud “pintu surga dibuka” adalah terus-menerus turunnya rahmat dan
meningkatnya ketatan. Selanjutnya maksud “pintu neraka dikunci” adalah
dibersihkan dari perbuatan maksiat dengan cara membunuh hawa nafsu. Sementara
itu maksud “diborgolnya setan” adalah dihindarkan dari bujukan setan. Sementara itu Qadi Iyad sebagaimana dikutif Imam Nawawi (dalam Al-Minhaj
Syarh Sahih Muslim) hadis tersebut secara umum mengandung maksud betapa
mulianya bulan Ramadan dan berlimpah ruahnya pahala dan besarnya ampunan.
Bagaimana persiapan kita menghadapi Ramadan tersebut? Persiapan
fisik dan psikis merupakan hal yang penting agar pelaksanaan puasa berjalan
dengan lancar. Fisik tentunya harus kuat dan sehat sehingga mampu melaksanakan
puasa dengan baik. Psikis harus siap karena puasa adalah latihan ruhani (riyadah
ruhiah) sebagai jalan untuk mempersiapkan jiwa yang takwa. Dan akan
berhadapan dengan beragam rayuan atau bujukan hawa nafsu. Namun karena berkah keagungan
bulan Ramadan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka insya Allah akan
dapat terkendalikan. Semoga bermanfaaat. Amin.
Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:
Hidayat, Enang (2018, 07 Mei). Persiapan Menghadapi Ramadan [Entri blog]. Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2018/05/persiapan-menghadapi-ramadan.html
Comments
Post a Comment