Pohon Kebahagiaan Hidup

Pembahasan ini sebenarnya merupakan kajian penulis pada waktu Kuliah Subuh tanggal 14 Ramadan di masjid Al-Falah Cikaret Cianjur. Panitia memberikan judul “Kaitan Iman, Ilmu, dan Amal.” Namun oleh penulis diubah lagi, tapi tidak mengubah substansinya. Sehingga judulnya agak filosofis. Maka jadilah judul “Pohon Kebahagiaan Hidup.” Mengapa demikian? Karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Ibaratnya sebuah pohon. Iman ibarat akarnya, ilmu ibarat batangnya, dan amal ibarat buahnya. Ketiganya intisari dari firman Allah Surah Ibrahim: 24-25 berikut ini.
“Tidakkah kamu memerhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat tayyibah) seperti pohon yang baik (syajarah tayyibah). Akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit (24) Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan demikian kepada manusia agar mereka ingat” (25). 
Riwayat Ibnu Abbas menjelaskan kalimat tayyibah di sini adalah kalimat Lâilâha Illallâh. Sedangkan syazarut tayyibah adalah seorang mukmin. (Al-Qurtubi, Al-Jami li Ahkamil Quran). Kalimat tersebut yang menjadi pokoknya tertanam dalam diri seorang mukmin. Dan cabangnya beramal saleh dalam kehidupan sehari-hari. (Al-Suyuti, al-Durrul Mansur). (Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir). Namun karena beramal saja tidak cukup, melainkan mesti disertai dengan ilmu agar diterima oleh Allah. Sehingga di sini maksudnya ilmu dan amal menyatu.

Ibnu Kasir (dalam Tafsir Alquran al-Azim) mengutif riwayat Dahak, Said bin Jubair, Ikrimah, dan Mujahid yang menjelaskan ayat tersebut berhubungan dengan perumpamaan amal orang mukmin. Perkataannya baik dan amalnya saleh. Mayoritas ulama tafsir mengatakan orang mukmin ibarat pohon kurma yang buahnya dapat diambil manfaatnya setiap waktu oleh kita.     

Riwayat Anas sebagaimana dikutif Al-Qurtubi (dalam Al-Jami li Ahkamil Quran) memperkuat  intisari Surat Ibrahim tersebut yang menegaskan perumpamaan iman seperti pohon yang kokoh. Salat ibarat akarnya. Zakat ibarat cabang atau dahannya. Puasa ibarat rantingnya. Mencari keridaan Allah ibarat tunasnya. Budi pekerti ibarat daunnya. Dan menghindari larangan-Nya ibarat buahnya.

Perumpamaan iman tersebut secara implisit terkandung pohon kebahagiaan hidup yang kalau diringkaskan lagi mengandung dua unsur yang dapat membentuk kebahagiaan, yakni baik terhadap hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan baik terhadap sesama manusia (hablum minannas).

Salat, zakat, dan puasa merupakan ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah. Dan berbudi pekerti yang baik berhubungan dengan sesama manusia. Sedangkan mencari rida Allah adalah jalannya. Dan menghindari larangan-Nya merupakan konsekuensi logis dari yang lainnya yaitu buahnya.

Dalam beberapa ayat Alquran dijelaskan secara eksplisit keutamaan mukmin yang beramal saleh. Salah satunya akan dimasukkan ke dalam surga (Surah An-Nisa: 124); akan diberi kehidupan yang baik dan diberi pahala yang lebih baik atas apa yang telah dilakukannya (Surah An-Nahl: 97); tidak ada pengingkaran atas amalnya (Surah Alanbiya: 94); tidak khawatir adanya perlakuan yang tidak adil juga pengurangan hak (Surah Taha: 112).

Mahmud Syaltut (dalam Al-Islam Aqidatun wa Syariatun) menjelaskan Alquran berbicara tentang akidah dengan keimanan, dan syariah dengan amal saleh. Keduanya (akidah dan syariah) merupakan cabang Islam. Dan menarik sepertinya Syaltut memasukkan akhlak kepada syariah secara umum. Mengapa demikian? Karena jika ditelaah dari penjelasannya tentang syariah di dalamnya tercakup hubungan antar manusia dengan Tuhan, hubungan muslim dengan muslim lainnya, hubungan manusia secara umum dengan sesamanya, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan kehidupan.

Karenanya menurut Syaltut ketika Alquran berbicara masalah akidah selalu diiringi dengan syariah (dalam arti umum mencakup akhlak). Hal ini sebagaimana tergambar dalam ayat-ayat di atas. Artinya Islam tidak hanya membicarakan masalah akidah saja, juga hubungan antar manusia dan Tuhan, melainkan syariahnya juga sangat memerhatikan dimensi yang baik dalam kehidupan manusia.

Secara implisit yang dimaksud Syaltut syariah di sini tercakup akhlak juga di dalamnya. Akidah dalam Islam merupakan pokoknya, sedangkan syariah cabangnya. Karenanya tida ada syariah Islam tanpa adanya akidah. Syariah tanpa akidah memang luhur atau mulia, namun tanpa adanya dasar.

Penjelasan di atas memberikan kesimpulan bahwa iman yang kokoh merupakan landasan utama dalam diri kita, termasuk generasi penerus kita. Kemudian dilengkapi dengan ilmu dan amal saleh. Sehingga melahirkan tutur kata dan perbuatan yang bermanfaat. Tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarga, tapi bermanfaat juga bagi masyarakat banyak. Dan puasa Ramadan ini menjadi moment untuk membuktikan diri kita selaku orang yang beriman yang taat kepada ajaran-Nya dan latihan untuk bisa mengendalikan hawa nafsu. Semoga bermanfaat. Amin.


Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:

Hidayat, Enang (2018, 31 Mei). Pohon Kebahagiaan Hidup [Entri blog].  Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2018/05/pohon-kebahagiaan-hidup.html

Comments

  1. Sungguh dahsyat,alhamdulillah kengeng ilmu,htrnhn psn

    ReplyDelete
  2. Sungguh dahsyat,alhamdulillah kengeng ilmu,htrnhn psn

    ReplyDelete
  3. Aaamiinnn....bermanfaat pisan abu nawaaafff...htur nuhun elmuna...

    ReplyDelete
  4. Aaamiinnn....bermanfaat pisan abu nawaaafff...htur nuhun elmuna...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah