Keutamaan Lailatulkadar


Lailatulkadar (bhs. Arab: ليلة القدر) ibarat tamu agung yang datang di tiap bulan Ramadan. Tentunya tidak semua orang yang akan bertemu dengan tamu agung tersebut, kecuali orang yang sungguh-sungguh menyambutnya dengan didasari penuh keimanan dan ikhlas karena Allah dalam menjalankan ibadah puasa di siang harinya. Dan menghidupkan malamnya dengan beribadah. Apa makna lailatulkadar tersebut?

Para ulama menyebutkan lailatulkadar adalah Lailatul Hukmi, yang berarti Lailatut Takdir. Disebut demikian karena Allah Swt. mengatur pada malam tersebut sesuai iradah-Nya dari tahun yang akan datang mengenai rezeki, azal, dan yang semisalnya. Dan Dia menyerahkan hal tersebut kepada empat malaikat, yakni Israfil, Mikail, Azrail, dan Jibril. Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam firman-Nya Surah Al-Dukhan: 6. (Al-Qurtubi). (Al-Suyuti). (Ibnu Hajar al-Asqalani).

Lailatulkadar disebut juga dengan Lailatus Syaraf wat Takzim, yakni malam kemuliaan dan keagungan. (Wahbah Zuhaili). Disebut juga dengan Lailatut Tadbir, yakni malam pengaturan dan Lailatul Qimah wal Maqam, yakni malam bernilai dan mulia. (Sayid Qutub).

Disebut juga dengan Lailatul Manzilah, yakni malam kemuliaan. Disebut demikian, karena akan diangkat derajatnya orang-orang yang beribadah pada malam tersebut. Atau disebut juga dengan Lailatud Daiq, yakni malam yang sempit, karena pada malam itu turunnya para malaikat yang memenuhi muka bumi. (Al-Tabatabai). Disebut juga dengan Lailatul Barakah wal Magfirah. Disebut demikian, karena orang yang beribadah pada malam itu akan mendapatkan ampunan dosa dan keberkahan hidup. (Al-Qurtubi).

Dari beberapa nama lain tentang lailatulkadar di atas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa maksud lailatulkadar adalah malam yang mengandung kemuliaan di dalamnya. Dan hanya ada pada bulan Ramadan saja. Pada malam tersebut, Allah juga berkuasa dan berkehendak mengatur keadaan manusia di muka bumi. Keutamaannya orang yang beribadah pada malam tersebut lebih baik daripada orang yang beribadah seribu bulan di selain bulan Ramadan.

Dari beberapa riwayat mengenai kapan pastinya lailatulkadar itu tidak ditemukan. Yang jelas ada di bulan Ramadan. Namun apabila merujuk pada beberapa hadis riwayat Imam Bukhari memang terdapat riwayat yang menceritakan Rasulullah mengingatkan kita di sepuluh akhir Ramadan, terutama pada malam ganjil agar meningkatkan ibadah. Di antaranya dengan beriktikaf di masjid. Karenanya Rasulullah dalam hadis lainnya disebutkan apabila masuk sepuluh hari akhir di bulan Ramadan, beliau lebih meningkatkan ibadah dengan cara membangunkan dan mengajak isterinya untuk menghidupkan malamnya. (Ibnu Hajar al-Asqalani).

Keutamaan lailatulkadar jelas sekali keberadaannya. Sehingga Rasulullah dalam hadis riwayat Zuhri menjelaskan siapa saja menghidupkan lailatulkadar dibarengi iman dan karena Allah, maka ia akan diampuni dosanya. (HR. Bukhari).

Dengan demikian ada tiga orang yang akan diampuni pada bulan Ramadan yang terangkum dalam redaksi hadis yang didahului oleh kalimat Man Shama Ramadan, Man Qama Ramadan, dan Man Qama Lailatal Qadri. Maksud redaksi hadis tersebut adalah Allah akan memberikan ampunan terhadap orang yang berpuasa Ramadan, orang yang menghidupkan malam Ramadan dengan salat Tarawih, dan ibadah lainnya, dan orang yang beribadah pada lailatulkadar. Syaratnya iman dan karena Allah dalam melaksanakannya. Keutamaan lainnya secara tegas disebutkan dalam firman-Nya Surah Alqadar: 3 yang menyebutkan lailatulkadar itu lebih baik dari seribu bulan.

Makna ayat tersebut menurut mayoritas ulama tafsir adalah beribadah pada malam itu lebih baik daripada ibadah seribu bulan di malam lainnya yang tidak ada lailatulkadar di dalamnya. Para ulama juga menyebutkan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat tersebut, yakni sebagai berikut.

Diriwayatkan oleh Mujahid bahwa Rasulullah menceritakan ada seorang laki-laki dari Bani Israil yang berperang (berjihad) selama seribu bulan. Pada waktu itu para sahabat terheran-heran mendengar kisah tersebut. Maka turunlah Surah Alqadar: 1-3.

Diriwayatkan pula oleh Mujahid bahwa Rasulullah menceritakan ada seorang laki-laki dari Bani Israil yang menghidupkan malam dengan beribadah hingga waktu Subuh. Selain itu juga siangnya berperang di jalan Allah hingga sore hari. Hal demikian dilakukannya selama seribu bulan. Kemudian Allah menurunkan Surah Alqadar: 1-3. (Wahbah Zuhaili).

Diriwayatkan pula oleh Ali bin Urwah yang menyebutkan suatu ketika Rasulullah bercerita tentang empat orang dari Bani Israil yang beribadah selama delapan puluh tahun dan tidak pernah melakukan perbuatan maksiat. Mereka adalah Nabi Ayub, Nabi Zakaria, Hizkil bin Ajuz, dan Yusya bin Naun. Mendengar cerita tersebut, para sahabat terheran-heran. Kemudian datanglah malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Muhammad, umatmu terheran-heran dengan ceritamu, padahal Allah telah menurunkan kebaikan lebih dari apa yang telah dilakukan oleh salah serorang Bani Israil tersebut." Ketika itu pula malaikat Jibril membacakan Surah Alqadar: 1-3 di depan Rasulullah. Kemudian malakat Jibril berkata: “Ini lebih utama dari apa yang telah engkau dan umatmu terheran-heran." (Al-Suyuti).

Kenapa Allah merahasiakan terjadinya lailatulkadar pada malam bulan Ramadan? Fakhur Razi (dalam Tafsir al-Fahrur Razi) menyebutkan di antara alasannya sebagai berikut. 

Allah telah merahasiakan keridaan-Nya kepada orang-orang yang taat, agar mereka senang melaksanakan taat di setiap waktu. Begitu pula Allah merahasiakan kemarahan-Nya ketika manusia melakukan perbuatan maksiat, agar mereka senantiasa meninggalkan maksiat setiap saat. Begitu pula Allah merahasiakan diijabahnya doa, agar orang yang taat senantiasa berdoa setiap saat. Begitu pula Allah merahasiakan diampuninya orang yang bertaubat, agar manusia senantiasa taubat setiap saat. Begitu pula Allah merahasiakan kapan maut, agar manusia senantiasa takut terhadap maut setiap saat. Begitu pula Allah merahasiakan kapan lailatulkadar, agar orang-orang yang beriman mengagungkan semua malam di  bulan Ramadan.

Dengan demikian kita bisa menarik kesimpulan juga kenapa Allah merahasiakan kapan tepatnya lailatul kadar di bulan Ramadan. Tujuannya tiada lain agar orang-orang beriman senantiasa beribadah sungguh-sungguh selama bulan Ramadan. Siangnya berpuasa dan menghidupkan malamnya dengan beribadah salat Tarawih, dan ibadah lainnya. Dengan kata lain terdapat hikmah yang begitu dahsyatnya jika kita renungkan. Dan orang yang mendapatkan berkah lailatulkadar akan berdampak pada kehidupan sehari-harinya. Kehidupannya menjadi lebih baik dan penuh berkah. Tak terkecuali dengan usia dan rezekinya. Ibadahnya juga lebih meningkat lagi. Semoga bermanfaat. Amin.     

Referensi:  Alqurtubi, al-Jami li Ahkamil Quran; Al-Tabari, Tafsir al-Tabari; Al-Suyuti, Al-Durrul Mansur fit Tafsir bil Ma’sur; Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir;  Fahrur Razi, Tafsir al-Farur Razi; dan Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Sahih Bukhari.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi