Kisah Perang Hunain

Gambar: en.wikipedia.org
Perang Hunain terjadi tangal 10 bulan Syawal tahun ke-8 Hijriah. Perang ini terjadi setelah pembebasan kota Mekkah (Fathu Makkah). Disebut perang tersebut dengan perang Hunain, karena peperangan terjadi dekat lembah Hunain, yang posisinya ada di antara Mekah dan Taif.  

Penyebab perang ini adalah setelah Fathu Makkah Rasulullah mukim selama 15 hari di Mekkah hingga kedatangan kaum Hawazin dan Saqif ke Hunain. Mereka menyangka setelah Fathu Makkah, Rasulullah akan menyerang mereka, padahal tidak demikian. Kemudian mereka berniat akan memeranginya. Untuk itulah, mereka segera melantik Malik bin Auf, salah seorang dari suku Bani Nasr, sebagai pimpinan yang akan mengumpulkan pasukan untuk memerangi Rasulullah yang masih ada di Mekkah.

Malik bin Auf memerintahkan kaum Hawazin dan Saqif agar mengumpulkan harta, wanita, anak-anak, dan binatang ternak untuk dibawa ke medan perang. Kurang lebih pasukan yang dipersiapkannya ketika itu sekitar 20.000 ribu hingga 30.000 pasukan.

Rasulullah mendengar pasukan kaum musyrikin yang dipimpin Malik akan memeranginya, maka dengan segera beliau pun mengumumkan dan mengumpulkan pasukan yang ada di Mekkah untuk segera keluar menghadapi pasukan tersebut.

Sementara itu pasukan yang dikumpulkan Rasulullah terdiri dari para sahabat sebanyak 2.000 orang yang terdiri dari penduduk Mekkah dan 10.000 pasukan yang selama ini telah berjuang dalam perang Fathu Makkah. Sehingga semuanya berjumlah 12.000 pasukan. Ditambah lagi dengan orang-orang yang baru memeluk Islam.    

Maka, keluarlah Rasulullah dan para sahabat menuju Hunain dan sampailah di sana. Mendengar Rasulullah sudah berada di sana, pasukan kaum musyrikin tersebut tiba-tiba menyerang pasukan Rasulullah pada waktu Subuh. Kemudian pasukan kaum muslimin membalasnya sehingga menyebabkan pasukan kaum musyrikin banyak yang tewas.

Karena pasukan muslim menganggap peperangan sudah selesai dan menganggapnya peperangan dimenangkannya, maka akhirnya mereka berburu harta rampasan yang dibawa pasukan kaum musyrikin (pasukan Hawazin dan Saqif). Melihat demikian, pasukan Hawazin kembali menyerang pasukan kaum muslim. Sehingga pasukan kaum muslimin yang tadinya bersatu dan berkumpul, kemudian menjadi bercerai-berai. Dan sebagian yang lain ada yang melarikan diri, seperti penduduk Mekkah dan orang-orang yang baru memeluk Islam. Sementara itu Rasulullah masih tetap berada di atas kendaraan Bigal.

Sempat pula tersebar pula ketika itu isu hoax bahwa Rasulullah mati terbunuh. Padahal tidaklah demikian. Banyak pasukan kaum muslimin ketika itu yang semangatnya mengendur. Namun ada juga pasukan yang masih semangat, karena mereka bersama Rasulullah. Mereka terdiri dari kaum Muhajirin, seperti Abu Bakar, Umar, Ali bin Abi Talib, Abas bin Abi Talib, Abu Sufyan bin Haris, Rabiah bin Haris, dan Aiman bin Ubaid dan kaum Ansar. Abbas berdiri di hadapan pasukan yang mendengar isu hoax tersebut dan menegaskan bahwa Rasulullah masih hidup.  

Pasukan yang tadinya bercerai-berai dan melarikan diri, mendengar demikian, lalu kembali lagi menuju Rasulullah yang masih ada di Mekkah. Semangatnya kembali berkobar-kobar dan ditambah pula dengan pasukan yang semakin  bertambah. Maka terjadilah peperangan kembali untuk yang kedua kalinya.

Melihat pasukan yang semakin bertambah, maka pasukan kaum musyrikin berlari-lari. Dan akhirnya dimenangkanlah peperangan oleh pasukan kaum muslimin. Banyak pasukan dari kaum musyrikin yang ditawan dan ada juga yang tewas di medan perang.

Setelah terbukti perang berakhir dan dimenangkan oleh pasukan kaum muslimin, maka Rasulullah pun membagikan harta rampasan perang. Rasulullah lebih memprioritaskan pembagian harta rampasan kepada orang-orang yang baru masuk Islam (muallaf). Hal ini dilakukannya guna memberikan semangat dan menghibur hati mereka.

Hal ini berbeda dengan kaum Anshar, mereka tidak diberikan apa-apa. Karena beliau menganggap mereka telah kuat keimanan dan kejujuran mereka, sehingga mereka tidak mengharapkan apa-apa, termasuk harta rampasan perang. Setelah peperangan selesai, pasukan kaum musyrikin (kaum Hawazin) yang masih hidup sebagian ada yang masuk Islam dan bertaubat.

Berkenaan dengan kisah perang ini, Allah telah menjelaskan secara tegas melalui firman-Nya dalam Surah Attaubat: 25-26. Ayat tersebut menjelaskan pertolongan Allah kembali datang kepada pasukan kaum muslimin pada waktu perang Hunain dengan kembali semangat untuk mengadakan perlawanan. Di samping itu juga Allah menurunkan bantuan berupa pasukan para malaikat yang tidak mereka ketahui, sehingga mendapatkan kemenangan dalam peperangan. Bantuan serupa telah terjadi pula pada perang Badar tahun kedua Hijriah.

Kisah ini memberikan pengetahuan kepada kita contoh sebagian sifat-sifat Rasulullah selaku pimpinan merupakan pemberani, teguh, dan sabar dalam menghadapi peperangan, dan yang lainnya. Sikap pemberani dan teguhnya beliau tidak melarikan diri dari peperangan. Sabarnya dalam hal ini tidak mudah terburu-buru ketika membagikan harta rampasan sebelum perang benar-benar berakhir. Sifat-sifat seperti ini menjadi tauladan terutama bagi seorang pemimpin dalam konteks masa sekarang. Semoga bermanfaat. Amin.

Referensi:
Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah; Al-Tabari, Sahih Tarikh al-Tabari; Mustafa al-Sibai, al-Sirah al-Nabawiah Durusun wa Ibarun; Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Wasit.


Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:

Hidayat, Enang (2018, 28 Juni). Kisah Perang Hunain  [Entri blog].  Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2018/06/kisah-perang-hunain.html

Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah