Makna Idul Fitri

Kata “Id” (bhs. Arab: (عيد—jamaknya “A’yâdun (أعياد)-- berarti setiap waktu yang ada di dalamnya perkumpulan. Dinamakan hari itu dengan hari Id, karena manusia kembali dapat kegembiraan baru setiap tahunnya. (Tajul Arus). Atau berarti hari gembira yang dirayakan dengan penuh kemuliaan seperti orang-orang muslim memperingati Idul Fitri dan Idul Adha (Mujamul Lugatil Arabiah al-Muasirah).

Atau berarti sesuatu yang kembali dari perasaan susah dan sakit atau rindu atau yang lainnya. Sehingga bisa diartikan setiap hari orang-orang berkumpul merayakan hari tersebut dengan penuh kecintaaan (Al-Mujamul Wasit). Dan orang Arab menyebut Id dengan kembalinya kegembiraan atau kesedihan pada waktu itu. (Al-Jahir). Atau kata “Id” berarti setiap hari yang di dalamnya terdapat perkumpulan atau peringatan yang memiliki keutamaan karena ada peristiwa yang dianggap penting. (al-Munjid).

Selanjutnya menurut Ragib al-Asfahani disebut “Id” karena sesuatu itu berulang-ulang setelah peristiwa lainnya, seperti telah melaksanakan puasa Ramadan. Dalam agama Islam hal tersebut dikenal hari Fitri dan hari Kurban (yaumul fitri dan yaumun nahr). Hari itu juga dijadikan sebuah kegembiraan. Hal ini ditunjukkan dalam hadis: “Ayyamu Aklin wa Syurbin wa Bialin” (HR. Daruqutni dari Abdullah bin Hudaifah).

Kata-kata "Id" ini dalam Alquran dapat kita ditemukan dalam Surah Almaidah: 114 yang berkaitan dengan doa Nabi Isa terhadap Allah agar menurunkan hidangan dari langit yang jadi Hari Raya baginya dan umatnya juga umat sesudahnya dan menjadi tanda kekuasaan-Nya. Hal tersebut dilakukannya karena atas permintaan kaum Hawariyun. Akhirnya doanya Nabi Isa tersebut diterima Allah sehingga turunnya saputangan yang ditutupi di atas tangannya. Ketika itu Nabi Isa sujud dan diikuti kaum Hawariyun. Dan mereka menemukan saputangan tersebut harum dan belum pernah ditemukan peristiwa tersebut sebelumnya. Kemudian Nabi Isa berwudu untuk melakukan salat dan duduk serta berdoa. Ketika dibuka di dalam saputangan itu ternyata ada seekor ikan yang tidak berduri dan makanan lainnya (al-Jami li Ahkamil Quran). Turunnya hidangan tersebut oleh Nabi Isa dijadikan sebagai hari raya. Dan kami, kata beliau, akan mengagungkan hari tersebut dan umat setelah kami. Demikian riwayat Sadi. (Durrul Mansur). 

Nabi Isa menjadikan hidangan tersebut sebagai sumber kegembiraan dan hari raya. Di dalamnya manusia berkumpul untuk beribadah dan mengucapkan syukur. Hari itu akan kembali setiap tahun membawa keberkahan dan kebahagiaan. Dan jadi tanda-tanda kebesaran Allah atas keabsahan pengakuan kenabiannya. Kemudian meyakini bahwa Allah-lah sumber rezeki. (Tafsir al-Wasit).

Selanjutnya para ulama mendefinisikan kata “fitri”  (فطر) berarti kebalikan dari puasa .(نقيض الصوم) Dan asal “fitri” berarti memecahkan dan memutuskan (الشق والقطع). Karenanya fitri dari puasa berarti memutuskan puasa (berhenti puasa). Atau berarti tidak menahan makan atau minum atau jimak (fast breaking). 

Dari definisi di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan Idul Fitri adalah hari raya mulia dan hari pertama di bulan Syawal untuk memperingati kegembiraan kaum muslimin setelah melaksanakan puasa Ramadan. Hari raya berkumpulnya keluarga dan masyarakat untuk silaturahim dan saling memaafkan. Dan hari raya ini diperbolehkan kembali kaum muslimin makan dan minum di siang hari.

Makna Idul Fitri bagi mempunyai hikmah yang luar biasa yakni menumbuhkan kasih-sayang di antara sesama manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya kewajiban mengeluarkan zakat fitrah sebelum melaksanakan salat Id, kemudian diberikan kepada kaum fakir miskin. Sehingga mereka tertolong kebutuhannya pada hari  Idul Fitri. Dan Idul Fitri juga dapat dikatakan sebagai hidangan dari Allah untuk dinikmati oleh kaum muslimin yang telah melaksanakan puasa di siang harinya dan menghidupkan malamnya dengan salat Tarawih dan ibadah lainnya. Dan hari kemenangan setelah berhasil mengendalikan hawa nafsu.

Apa yang diucapkan Rasulullah Saw ketika memperingati hari raya ini? Sebuah hadis yang menceritakan suatu ketika Wasilah bin al-Asyqa bertemu dengan Rasulullah Saw pada hari Id, lalu ia berkata: “Semoga Allah menerima ibadah puasa kita (Taqabbalallahu Minna wa Minkum).” Kemudian Rasulullah menjawab: “Ya, Semoga Allah menerima ibadah puasa kita.” (HR. Baihaki dari Wasilah bin Asyqa). (Assunanul Kubra).

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1439 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah menerima ibadah puasa kita. Amin. (Alfaqir; Enang Hidayat dan Keluarga).

Referensi:
Al-Ragib al-Asfahani, Al-Mufradat fi Garibil QuranAl-Qurtubi, Al-Jami Liahkamil Quran; Al Suyuti, Addurrul Mansur; Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Wasit; Ahmad Mukhtar Umar, Mujamul Lugatil Arabiah al-Muasirah; Rawas Qalahji dan Hamid Sadiq Qanibi, Mujam Lugatil Fuqaha; Al-Anbari, Al-Jahir fi Maani Kalimatinnas; Al-Zubaidi, Tajul Arus; Al-Baihaki, Assunanul Kubra.

Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah