Malam Penuh Kedamaian

Para malaikat termasuk Jibril turun dari setiap langit dan Sidaratul Muntaha turun ke muka bumi. Tujuannya tiada lain guna mengamini kaum mukminin yang berdoa malam tersebut hingga terbit fajar.

Malaikat juga memberikan salam kepada kaum mukminin dari mulai terbenam matahari hingga terbit fajar. Seraya mereka mengatakan: “Keselamatan untukmu wahai kaum mukminin.” Demikian riwayat Syakbi.

Pada malam itu pula para malaikat membacakan salawat dan salam pada setiap hamba-Nya yang menghidupkan malam dan berzikir kepada-Nya. Demikian riwayat Anas.

Malam itu juga selamat dari tipu daya setan. Ia tidak mampu berbuat kejahatan dan penderitaan kepada hamba-Nya yang menghidupkan malam. Karena pada malam itu setan tidak bisa keluar hingga terbit fajar. Demikian riwayat ulama lainnya.

Malamnya yang terang. Cuaca tidak panas juga dingin. Begitu pun pagi-paginya matahari redup. Terasa tenang. Demikian ciri-ciri yang dijelaskan dalam hadis riwayat Muslim dan Ahmad dari Ubadah bin Samit.

Namun ciri-ciri itu tidak pasti. Boleh jadi tidak merasa apa-apa Yang pasti ciri-cirinya adalah berpengaruh pada hati sanubari dan berkahnya terasa dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam rezeki, usia, ilmu, dan yang lainnya.

Kaum mukminin pun dianjurkan pada malam tersebut membaca doa sebagaimana yang ditanyakan Aisyah kepada baginda Rasulullah: “Ya Rasulullah doa apa layak aku ucapkan ketika menghidupkan malam itu. Rasulullah menjawab: “Allahumma Innaka AfuwwunTuhibbul Afwa Fa’fu Anni” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau menyukai pemaafan. Maafkanlah aku.” Demikian riwayat Ahmad dan Tirmizi.

Pada malam itu bumi penuh dengan turunnya malaikat, karena mencatat dan menyaksikan hamba-Nya yang berzikir dan beristigfar kepada-Nya.

Itulah malam ketetapan atau lailatulkadar. Malam yang penuh kedamaian, karenanya disebut lailatus salamah. Dan penuh berkah, karenanya disebut lailatul barakah. Dibawa oleh makhluk-Nya yang suci, para malaikat termasuk Jibril. Itulah malam, Allah tidak mentakdirkan di malam itu kecuali kedamaian. Demikian riwayat Nafi.

Salam damai yang dibawa malaikat. Salam bukan basa-basi, karena tidak mungkin para malaikat demikian. Karena ini sebuah tugas suci dari Sang Penguasa Alam Semesta yang Maha Suci pula.

Keutamaan malam kedamaian yang diperuntukkan khusus bagi umatku. Demikian kata Rasulullah sendiri dalam riwayat Dailami dari Anas. Tidak diberikan kepada umat sebelumku. Karenanya sungguh beruntung kita sebagai umatnya. Dan keutamaan itu berlaku setiap tahun pada bulan Ramadan.

Salam kaitaannya dengan ayat tersebut menurut M. Quraish Shihab (dalam Tafsir Al-Mishbah) bisa bermakna ganda. Pertama, salam mengandung doa. Artinya pada malam itu malaikat mendoakan setiap orang yang ditemuinya. Tujuannya agar terbebas dari segala kekurangan lahir maupun batin. Kedua, salam tentang keadaan sifat atau sikap. Artinya pada malam itu para malaikat turun ke bumi  membawa kedamaian sehingga dapat dirasakan oleh orang yang bertemu dengan para malaikat.  

Salam damai ini menurut penulis memberikan pesan dan pelajaran yang berharga kepada kita semua agar saling mengasihi dan menyayangi di antara sesama hamba-Nya di muka bumi ini. Salam damai yang mampu menghapus kebencian dan permusuhan di antara sesama hamba-Nya. Salam damai yang mampu menghapus dendam di antara sesama hamba-Nya, sehingga saling memaafkan. Salam damai yang mampu menghapus fitnah di antara sesama hamba-Nya. Salam damai yang mampu membuat orang lain nyaman juga bangsa. 

Referensi: Al-Qurtubi, Al-Jami li Ahkamil Quran;  al-Durrul Mansur fit Tafsir bil Ma’sur; M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah.

Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:

Hidayat, Enang (2018, 07 Juni). Malam Penuh Kedamaian [Entri blog].  Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2018/06/malam-penuh-kedamaian.html

Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi