Proses Nuzulul Quran

Ramadan bulan diturunkannya Alquran. Diturunkannya Alquran kepada Rasulullah Saw. berbeda dengan diturunkannya kitab-kitab sebelumnya, seperti Taurat, Injil, dan Zabur. Alquran diturunkan kepada Rasulullah secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. Sedangkan diturunkannya kitab-kitab sebelumnya tersebut secara sekaligus.

Kitab-kitab sebelumnya diturunkan pada bulan Ramadan juga. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut: “Suhuf Ibrahim diturunkan pada awal Ramadan. Taurat diturunkan (kepada Nabi Musa) setelah Ramadan berlalu enam hari. Injil diturunkan (kepada Nabi Isa) setelah Ramadan berlalu tiga belas hari. Zabur diturunkan (kepada Nabi Daud) setelah Ramadan berlalu delapan belas hari. Alquran diturunkan (kepada Nabi Muhammad) setelah Ramadan berlalu dua puluh empat hari.” (HR. Ahmad dan Baihaki dari Wasilah bin Asyqa).

Hadis tersebut berbicara tentang turunnya Alquran secara sekaligus, yakni tanggal dua puluh empat Ramadan dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah yang bertepatan dengan Lailatul Qadar. Kemudian para ulama umumnya menjelaskan turunnya Alquran melalui dua tahapan sebagai berikut.
Pertama, dari Lauhul Mahful ke Baitul Izzah di langit dunia. Hal ini telah dijelaskan dalam firman-Nya Surah Alburuj: 21-22. Keberadan Alquran di Lauhul Mahfuz terkait berapa waktunya tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Yang jelas sebelum Alquran diturunkan, ia berada di Lauhul Mahfuz. Inilah yang dimaksud firman-Nya dalam Surah Al-Waqiah: 77-79.

Para ulama tafsir menjelaskan maksud “Kitabum Maknun” adalah “Lauhul Mahfuz”. Sedangkan “Mahfud” di sini maksudnya terpelihara dari gangguan atau pencurian setan. Sedangkan maksud “Maknun” adalah terpelihara dari kebatilan. Hal ini juga tentunya menunjukkan keagungan, kekuasaan, ilmu, dan kehendak-Nya. Inilah hikmah keberadaaanya kenapa Alquran berada di Lauhul Mahfuz.

Para ulama pun mendefinisikan Lauhul Mahfuz sebagai catatan umum yang telah ditulis Allah setiap apa yang telah dan akan terjadi di muka bumi. Karenanya kita diharuskan beriman kepada keberadaan Alquran di Lauhul Mahfuz tersebut. Beriman kepadanya akan memperkuat beriman kepada Allah. Dan pengaruhnya dapat memperkokoh ketaatan hamba pada-Nya serta mengharapkan rida-Nya.  

Kemudian para ulama pun menjelaskan mengenai waktu diturunkannya dari  Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah yakni pada Lailatul Qadar di bulan Ramadan. Dalilnya adalah firman-Nya dalam Surah Adduhan: 3; Alqadar: 1; dan Albaqarah: 185. Dan proses diturunkannya secara sekaligus. Hikmahnya tiada lain karena keagungannya. Selain itu juga untuk memberitahukan kepada penduduk langit ketujuh bahwa Alquran itu adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir untuk umat yang paling mulia.

Kedua, dari Baitul Izzah ke dalam hati Rasulullah Saw. secara berangsur-angsur dalam jangka waktu selama lebih dua puluh tiga tahun melalui perantara malaikat Jibril. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya Surah Assyuara: 193-195. Proses turunnya terbagi kepada dua kondisi sebagai berikut.
Pertama,  ketika sebelum hijrah. Rasulullah tinggal di Mekah selama dua puluh dua tahun lima bulan lima belas hari. Yakni dari mulai tanggal 17 Ramadan tahun 41 Hijrah hingga awal Rabiul Awal di usianya yang ke-54 tahun. Karenanya setiap tanggal 17 Ramadan kita memperingati Nuzulul Quran. Inilah yang dimaksud ayat yang pertama (Surat Alalaq: 1-5) turun kepada Rasulullah, yakni malam 17 Ramadan dan bertepatan dengan Lailatul Qadar (menurut sebagian pendapat). Ketika itu usia beliau yang ke-40 tahun, yakni ketika beliau sedang ibadah di gua Hira. Ayat yang diturun dalam waktu tersebut disebut dengan ayat Makiah.

Kedua, setelah hijrah. Rasulullah tinggal di Madinah setelah hijrah selama sembilan tahun sembilan bulan sembilan hari. Yakni dari awal Rabiul Awal usianya yang ke-54 tahun hingga 9 Zulhijah di usia beliau yang ke-63 tahun. Adapun ayat yang diturunkan setelah Rasulullah hijrah sekalipun tidak turun di Madinah, disebut dengan ayat Madaniah. Maka apabila digenapkan, beliau tinggal di Mekah selama tiga belas tahun. Sedangkan tinggal di Madinah selama sepuluh tahun. Dengan demikian masa turunnya Alquran adalah dalam jangka waktu dua puluh tiga tahun. Dan dalil yang menunjukkan Alquran diturunkan secara berangsur-angsur adalah Surah Al-Isra: 106; dan Surah Alfurqan: 32-33.

Al-Zarqani menjelaskan secara umum terdapat dua hikmah diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur, yakni sebagai berikut. 
Hikmah pertama, menetapkan dan menguatkan hati Rasulullah. Di antara alasannya adalah: 1) dengan turunnya wahyu baru serta berulang-ulangnya malaikat turun, maka dapat menjadi sebuah kegembiraan yang memenuhi hati Rasulullah. Karenanya hal ini juga menjadi sebuah pengetahuan baru yang diberikan Allah, 2) untuk memudahkan dalam usaha menghapal dan memahaminya, baik berkenaan dengan hukum maupun hikmah yang terkandung di dalamnya.  

Hikmah kedua, mendidik umat baik terkait dengan ilmu maupun amal. Di antara alasannya karena: 1) agar dapat dipahami dengan mudah oleh bangsa Arab. Hal ini mengingat ketika itu bangsa Arab adalah bangsa yang ummiyy, 2) alat-alat tulis pun masih langka sehingga akan sulit untuk menulisnya. Karena selama ini kebiasaan mereka sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai profesinya masing-masing, 3) sebagai pengantar menuju kesempurnaan mereka untuk meninggalkan akidah yang batil, ibadah yang rusak, dan kebiasaan yang jelek, 4) sebagai pengantar menuju kesempurnaan mereka untuk memperindah diri mereka dengan akidah yang hak, ibadah  yang sahih, dan akhlak yang terpuji, 5) memantapkan hati orang-orang mukmin agar bersifat sabar dan yakin. Hal ini mengingat banyak kisah yang terdapat dalam Alquran tentang Nabi dan Rasul serta hamba Allah yang saleh patut untuk dijadikan teladan.

Hikmah ketiga, menyesuaikan dengan peristiwa yang baru terjadi ketika itu. Karenanya setiap ada peristiwa baru, maka di situlah Alquran turun. Dan Allah pun merinci hukum-hukum yang cocok untuk bangsa Arab. Oleh karena itu ketika ada pertanyaan dari mereka yang ditujukan kepada Rasulullah, maka Alquran menjawabnya. Sebagai contoh pertanyaan-pertanyaan mereka sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Alisra: 85; Alkahfi: 83; Albaqarah: 219-220. Dan pertanyaan seperti itu kasusnya dalam waktu yang berbeda-beda.

Hikmah keempat, memberikan petunjuk bahwa Alquran itu adalah kalam Allah semata, dan tidak mungkin kalam Muhammad atau makhluk lainnya. Karenanya orang yang membaca Alquran dari awal hingga akhir, ia akan menemukan bahwa di dalamnya terdapat gaya bahasa yang kokoh sehingga antar ayat atau surat sebagiannya saling keterkaitan. Dengan demikian mengandung kemukjizatan yang luar biasa.

Referensi: Al-Itqan fi Ulumil Quran karya Al-Suyuti; Manahilul Irfan karya Al-Zarqani; Al-Tibyan fi Ulumil Quran karya Ali al-Shabuni; dan Al-Durrul Mansur fit Tafsir bil Ma’sur  karya Al-Suyuti.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi