Kisah Perang Khandak
Penyebab perang tersebut adalah setelah terusirnya Bani
Nadir, pemimpin mereka datang ke Mekah untuk memprovokasi kaum Quraisy agar
memerangi Rasulullah. Hal yang sama dilakukan pula oleh para pemimpin Yahudi,
seperti Huyai bin Akhtab, mereka mendatangi kaum Gatfan. Dengan demikian dalam
peperangan tersebut, terjadi koalisi antara pasukan musyrikin Quraisy dan
Yahudi Bani Nadir untuk memerangi pasukan kaum muslimin.
Ajakan pemimpin mereka pun disambutnya seperti oleh Bani Fazzarah,
Bani Murah, dan Bani Asyjak. Dan mereka sepakat untuk berangkat ke Madinah. Berita
tersebut sampai kepada Rasulullah. Lalu beliau bermusyawarah dengan para
sahabat. Di antara sahabat seperti Salman al-Farisi mengusulkan agar menggali
parit di sekitar Madinah.
Berkah kecerdasan Salman, selain keberanian dan kekuatannya, sehingga
kaum Muhajirin dan Ansar saling mengklaim bahwa Salman berasal dari golongan
mereka. Dan Rasulullah Saw. berpendapat di tengah perdebatan kaum Muhajirin dan
Ansar seraya mengatakan: “Salman adalah anugerah bagi Ahlul Bait.”
Usul Salman tersebut disetujui Rasulullah. Lalu Rasulullah pun
menginstruksikan para sahabat agar menggali parit. Dan beliau pun terjun
langsung ikut bersama para sahabat menggali parit. Tujuan penggalian parit ini guna mengikat
pesona kaum musyrikin Quraisy, karena orang Arab tidak mempunyai pengalaman dan kebiasaan tentang penggalian parit. Padahal sebenarnya hal tersebut hanya tipu daya agar pasukan berkuda mereka terperosok ke dalamnya.
Jika para sahabat dan Rasulullah sibuk menggali parit, sementara
itu orang-orang munafik berpaling dari kegiatan tersebut tanpa seizin Rasulullah.
Karena mereka menganggap hal demikian merupakan tugas berat. Sehingga anggapan
mereka tidak perlu membantu pasukan kaum muslimin.
Di tengah kaum muslimin sibuk menggali parit, tiba-tiba ada batu
besar berwarna putih Marwah. Ketika itu
Rasulullah dan Salman turun ke dalam parit sambil mengatakan “Bismillah”. Kemudian
beliau memukul batu tersebut dan pecahlah sepertiganya. Dari batu tersebut
keluar bertaburan cahaya yang menyinari Madinah. Dan beliau berkata lagi:
“Allahu Akbar, aku telah diberikan kunci pintu Syam. Demi Allah, sesungguhnya
aku melihat gedung Syam yang berwarna merah dari tempatku sekarang ini.”
Rasulullah memukul kembali batu tersebut sehingga pecahlah
sepertiganya lagi, dan keluarlah bertaburan cahaya dari arah Persia. Lalu
Rasulullah berkata lagi: “Allahu Akbar, aku telah diberikan kunci pintu Persia.
Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melihat gedung Madinah yang berwarna putih
sekarang.”
Kemudian Rasulullah memukul kembali batu untuk yang ketiga kalinya sambil berkata: “Bismillah.” Maka, pecahlah keseluruhan batu tersebut. Dan dari batu tersebut keluar bertaburan cahaya dari arah Yaman yang menyinari Madinah seperti lampu yang menerangi di kegelapan malam. Dan Rasulullah berkata: “Allahu Akbar, aku baru saja diberikan kunci pintu Yaman. Demi Allah, sesungguhnya aku telah melihat pintu-pintunya dari tempatku sekarang ini.” Itulah sebagian mukjizat Rasulullah ketika peristiwa menggali parit.
Pasukan musyrikin Quraisy dipimpin Abu Sufyan bin Harb. Sementara
itu dari pasukan kaum Gatfan (Yahudi Banu Nadir) dipimpin oleh Uyainah bin
Husin dan Haris bin Auf. Sedangkan pasukan kaum muslimin dipimpin oleh
Rasulullah sendiri. Pasukan yang dipersiapkan koalisi pasukan kaum musyrikin Quraisy dan
Yahudi Bani Nadir sebanyak 10.000 pasukan. Sementara pasukan yang dipersiapkan kaum
muslimin sebanyak 3.000 pasukan.
Pasukan kaum musyrikin mempersiapkan kuda yang ditunggangi untuk peperangan. Tatkala pasukan sudah
mendekati parit, mereka berkata: “Demi Allah, ini adalah jebakan yang tidak
biasa dilakukan oleh kaum Arab.” Kemudian pasukan berupaya menghindar dari
parit tersebut sambil memukul kuda guna berangkat dari tempat tersebut. Namun
sayang, kuda pasukan terpeleset jatuh ke dalam parit. Sehingga pasukan pun terkena bayonet yang dipasang di antara parit dan pohon. Dan pasukan
banyak yang tewas.
Berkenaan dengan peperangan tersebut, Allah secara tegas menjelaskannya dalam Surah Alahzab: 9-11. Ayat tersebut menjelaskan Allah mengirimkan angin yang kencang ke arah
pasukan Quraisy, Gatfan, dan Yahudi pada malam hari yang sejuk. Sehingga kemah
mereka terkoyak-koyak dan berhamburan. Selain itu juga Allah mengirimkan pasukan
para malaikat yang tidak diketahui keberadaannya untuk membantu pasukan kaum
muslimin.
Atas kejadian tersebut, menyebabkan pasukan ketakutan dan
mereka pulang lagi pada malam itu juga. Dan pasukan kaum muslimin padi pagi
harinya tidak mendapatkan seorang pun di antara mereka yang masih ada. Dengan
kembalinya mereka, berarti mereka gagal untuk menyerang kaum muslimin. Dan
peperangan dimenangkan pasukan kaum muslimin.
Kisah di atas memberikan pengetahuan kepada kita perilaku
Rasulullah sebagai panglima perang ketika itu tidak hanya pandai
menginstruksikan pasukannya guna menggali parit. Akan tetapi beliau pun turun
tangan langsung ikut menggalinya bersama pasukan. Sebuah teladan yang cocok untuk ditiru terutama oleh para pemimpin dalam konteks zaman sekarang. Selain itu memberikan pengetahuan tipu
daya dalam perang itu diperbolehkan guna mendapatkan kemenangan sebagaimana
diceritakan di atas, sehingga musuh terperosok ke dalamnya. Semoga
bermanfaat. Amin.
Referensi:
Ibnu Kasir, Al-Bidayah wan Nihayah; Al-Tabari, Sahih Tarikh
al-Tabari; Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah; Mustafa
al-Sibai, al-Sirah al-Nabawiah Daurun wa Ibarun; Muhammad Rida,
Muhammad Rasulullah Saw:
Comments
Post a Comment