Kisah Perang Khandak

Istilah lain perang Khandak adalah perang Ahzab. Perang ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima Hijriah. Disebut perang Khandak, karena pasukan kaum muslimin menggali parit untuk persiapan peperangan tersebut. Dan disebut perang Ahzab, karena pertempuran pengepungan Madinah. Lokasi peperangan tersebut di perbatasan sekitar Madinah.   

Penyebab perang tersebut adalah setelah terusirnya Bani Nadir, pemimpin mereka datang ke Mekah untuk memprovokasi kaum Quraisy agar memerangi Rasulullah. Hal yang sama dilakukan pula oleh para pemimpin Yahudi, seperti Huyai bin Akhtab, mereka mendatangi kaum Gatfan. Dengan demikian dalam peperangan tersebut, terjadi koalisi antara pasukan musyrikin Quraisy dan Yahudi Bani Nadir untuk memerangi pasukan kaum muslimin.

Ajakan pemimpin mereka pun disambutnya seperti oleh Bani Fazzarah, Bani Murah, dan Bani Asyjak. Dan mereka sepakat untuk berangkat ke Madinah. Berita tersebut sampai kepada Rasulullah. Lalu beliau bermusyawarah dengan para sahabat. Di antara sahabat seperti Salman al-Farisi mengusulkan agar menggali parit di sekitar Madinah.

Berkah kecerdasan Salman, selain keberanian dan kekuatannya, sehingga kaum Muhajirin dan Ansar saling mengklaim bahwa Salman berasal dari golongan mereka. Dan Rasulullah Saw. berpendapat di tengah perdebatan kaum Muhajirin dan Ansar seraya mengatakan: “Salman adalah anugerah bagi Ahlul Bait.”

Usul Salman tersebut disetujui Rasulullah. Lalu Rasulullah pun menginstruksikan para sahabat agar menggali parit. Dan beliau pun terjun langsung ikut bersama para sahabat menggali parit. Tujuan penggalian parit ini guna mengikat pesona kaum musyrikin Quraisy, karena orang Arab tidak mempunyai pengalaman dan kebiasaan tentang penggalian parit. Padahal sebenarnya hal tersebut hanya tipu daya agar pasukan berkuda mereka terperosok ke dalamnya.

Jika para sahabat dan Rasulullah sibuk menggali parit, sementara itu orang-orang munafik berpaling dari kegiatan tersebut tanpa seizin Rasulullah. Karena mereka menganggap hal demikian merupakan tugas berat. Sehingga anggapan mereka tidak perlu membantu pasukan kaum muslimin.

Di tengah kaum muslimin sibuk menggali parit, tiba-tiba ada batu besar berwarna putih Marwah. Ketika itu Rasulullah dan Salman turun ke dalam parit sambil mengatakan “Bismillah”. Kemudian beliau memukul batu tersebut dan pecahlah sepertiganya. Dari batu tersebut keluar bertaburan cahaya yang menyinari Madinah. Dan beliau berkata lagi: “Allahu Akbar, aku telah diberikan kunci pintu Syam. Demi Allah, sesungguhnya aku melihat gedung Syam yang berwarna merah dari tempatku sekarang ini.”  

Rasulullah memukul kembali batu tersebut sehingga pecahlah sepertiganya lagi, dan keluarlah bertaburan cahaya dari arah Persia. Lalu Rasulullah berkata lagi: “Allahu Akbar, aku telah diberikan kunci pintu Persia. Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melihat gedung Madinah yang berwarna putih sekarang.”

Kemudian Rasulullah memukul kembali batu untuk yang ketiga kalinya sambil berkata: “Bismillah.” Maka, pecahlah keseluruhan batu tersebut. Dan dari batu tersebut keluar bertaburan cahaya dari arah Yaman yang menyinari Madinah seperti lampu yang menerangi di kegelapan malam. Dan Rasulullah berkata: “Allahu Akbar, aku baru saja diberikan kunci pintu Yaman. Demi Allah, sesungguhnya aku telah melihat pintu-pintunya dari tempatku sekarang ini.” Itulah sebagian mukjizat Rasulullah ketika peristiwa menggali parit.

Pasukan musyrikin Quraisy dipimpin Abu Sufyan bin Harb. Sementara itu dari pasukan kaum Gatfan (Yahudi Banu Nadir) dipimpin oleh Uyainah bin Husin dan Haris bin Auf. Sedangkan pasukan kaum muslimin dipimpin oleh Rasulullah sendiri. Pasukan yang dipersiapkan koalisi pasukan kaum musyrikin Quraisy dan Yahudi Bani Nadir sebanyak 10.000 pasukan. Sementara pasukan yang dipersiapkan kaum muslimin sebanyak 3.000 pasukan.

Pasukan kaum musyrikin mempersiapkan kuda yang ditunggangi  untuk peperangan. Tatkala pasukan sudah mendekati parit, mereka berkata: “Demi Allah, ini adalah jebakan yang tidak biasa dilakukan oleh kaum Arab.” Kemudian pasukan berupaya menghindar dari parit tersebut sambil memukul kuda guna berangkat dari tempat tersebut. Namun sayang, kuda pasukan terpeleset jatuh ke dalam parit. Sehingga pasukan pun terkena bayonet yang dipasang di antara parit dan pohon. Dan pasukan banyak yang tewas.

Berkenaan dengan peperangan tersebut, Allah secara tegas menjelaskannya dalam Surah Alahzab: 9-11. Ayat tersebut menjelaskan Allah mengirimkan angin yang kencang ke arah pasukan Quraisy, Gatfan, dan Yahudi pada malam hari yang sejuk. Sehingga kemah mereka terkoyak-koyak dan berhamburan. Selain itu juga Allah mengirimkan pasukan para malaikat yang tidak diketahui keberadaannya untuk membantu pasukan kaum muslimin.

Atas kejadian tersebut, menyebabkan pasukan ketakutan dan mereka pulang lagi pada malam itu juga. Dan pasukan kaum muslimin padi pagi harinya tidak mendapatkan seorang pun di antara mereka yang masih ada. Dengan kembalinya mereka, berarti mereka gagal untuk menyerang kaum muslimin. Dan peperangan dimenangkan pasukan kaum muslimin.

Kisah di atas memberikan pengetahuan kepada kita perilaku Rasulullah sebagai panglima perang ketika itu tidak hanya pandai menginstruksikan pasukannya guna menggali parit. Akan tetapi beliau pun turun tangan langsung ikut menggalinya bersama pasukan. Sebuah teladan yang cocok untuk ditiru terutama oleh para pemimpin dalam konteks zaman sekarang. Selain itu memberikan pengetahuan tipu daya dalam perang itu diperbolehkan guna mendapatkan kemenangan sebagaimana diceritakan di atas, sehingga musuh terperosok ke dalamnya. Semoga bermanfaat. Amin.

Referensi: Ibnu Kasir, Al-Bidayah wan Nihayah; Al-Tabari, Sahih Tarikh al-Tabari; Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiah; Mustafa al-Sibai, al-Sirah al-Nabawiah Daurun wa Ibarun; Muhammad Rida, Muhammad Rasulullah Saw:

Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Isolasi Diri Model Daud bin Abi Hindi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah