Serba-Serbi Pembelajaran Daring di Masa Covid-19
Sejak
pertengahan bulan Maret 2020 ini pembelajaran di lembaga pendidikan diberlakukan
di rumah dengan sistem daring atau online. Memang hal ini baru kali ini secara
serempak diberlakukan, karena pandemi Covid-19. Sungguh tak dapat terbayangkan
sebelumnya akan seperti ini. Inilah yang kita sebut Kuasa Allah itu tidak bisa
ditebak oleh akal manusia. Adanya pandemi Covid-19 ini merupakan bukti
kuasa-Nya. Kita yakin Allah Maha Penyayang dengan menurunkan ujian dan cobaan
ini kepada kita agar kita lebih meningkatkan lagi keimanan dan ketakwaan
kepada-Nya. Dan sekaligus juga mungkin sebagai teguran barangkali selama ini
kita banyak lupa kepada-Nya, seperti kurang syukur nikmat, dan lain sebagainya.
Termasuk
dalam hal ini ujian kesabaran bagi pendidik maupun anak didik yang biasanya
melaksanakan pembelajaran secara tatap muka di kelas, sekarang diganti dengan
sistem online atau daring. Banyak hambatan atau tantangan berkaitan dengan pembelajaran
online ini. Misalnya kalau jaringan internetnya sedang kurang bagus, dan
masalah lainnya yang berhubungan dengannya. Namun semua itu mau bagaimana
karena situasi begini yang menghendaki pembelajaran seprti ini. Sedangkan yang
namanya pembelajaran jangan sampai dihentikan karena situasi apapun terkecuali
liburan. Ada hikmahnya kalau dihayati bagi kita jika sebelumnya belum pernah
mempelajari teknologi yang berkaitan pembelajaran online seperti melalui google classroom atau bentuk lainnya Sehingga sekarang bisa mempelajarinya karena dibutuhkan saat ini.
Suatu waktu saya bertanya kepada anak didik saya mengenai respon pembelajaran
online ini. Di antara mereka ada yang merespon asyik katanya pembelajaran online
ini. Adanya juga yang merespon lebih baik pembelajaran tatap muka. Dan ada lagi
yang merespon karena hambatan kuota. Ada lagi yang merespon jadi lebih banyak tugas dari para pendidik. Saya memahami kondisi demikian karena tidak biasanya pembelajaran seperti ini dilakukan dan saya hanya berusaha menjawab cukup sabar saja nanti juga insya Allah tidak akan seperti
ini lagi maklum situasinya sekarang seperti ini. Akan tetapi walaupun demikian, sungguh
tak diduga di sisi lain kehadiran mereka mengikuti pembelajaran onlinenya cukup banyak dan kebanyakan mereka pun cukup aktif mengikuti pembelajaran seperti ini dengan mengerjakan tugas dan melaksanakan diskusi.
Keberadaan
teknologi untuk kepentingan pembelajaran sistem daring ini tak dapat dimungkiri oleh kita seiring perkembangan zaman. Hal ini membuat kita dituntut melek alias
tidak gaptek.Terlepas apakah pembelajaran sistem tersebut ketika dibutuhkan dalam kondisi seperti sekarang ini atau tidak. Yang jelas kita sekarang jika belum paham "dibukakan mata" untuk lebih bisa memahaminya. Kalau boleh saya katakan “Melek terhadap kemajuan tekonologi
ini salah satu rukun dalam rangka usaha meningkatkan kualitas pendidik dan anak
didik.” Dan Islam pun memandang
memanfaatkan kemajuan teknologi diperbolehkan. Hal ini berlandaskan pada kaidah
fikih: “Prinsip dasar muamalah adalah diperbolehkan kecuali terdapat dalil
yang mengharamkannya.” Kaidah tersebut memberikan sinyal kepada kita agar
kita tidak jumud dalam masalah urusan dunia termasuk urusan teknologi sepanjang
digunakan untuk kemaslahatan. Hal ini ditunjang juga dengan kaidah fikih
asasiah yang mengatakan: “Segala sesuatu tergantung tujuannya.” Selanjutnya
ulama usul fikih mengeluarkan pula kaidah:”Perantara (wasilah) menjadi
pijakan hukum yang dimaksud.”
Ada baiknya berkaitan dengan pandangan Islam
terhadap teknologi ini kita simak Ahmad Alim dalam karyanya berjudul “Sains
dan Teknologi Islami”. Ia mengemukakan kita seharusnya menggunakan
produk teknologi secara profesional. Jika kita telah mampu seperti itu, maka
kita termasuk ke dalam ulul albab, yakni orang-orang yang bisa
menggunakan akalnya dengan baik, memahami ayat-ayat Allah baik yang kauniah maupun kauliah. Namun semua itu tidak terlepas dari ciri-ciri yang harus
melekat pada teknologi tersebut, yakni 1) teknologi tersebut harus dibangun di
atas dasar tauhid, 2) teknologi tersebut untuk kemaslahatan umat, 3) teknologi
tersebut harus mengintegrasikan akal dan wahyu, 4) teknologi tersebut harus mengintegrasikan
zikir dan fikir.
Ciri-ciri
tersebut kalau kita amati mengindikasikan antara teknologi dan agama tidak
saling berlawanan, akan tetapi yang ada justeru saling melengkapi. Namun sekali lagi hal tersebut
tergantung cara kita mempergunakannya. Bahkan mempelajari teknologi kalau
niatnya baik menjadi amal ibadah.
Kita
juga ingat ilmuwan terdahulu yang banyak kontribusinya dalam bidang sains dan
teknologi seperti Al-Khawarizmi dalam bidang matematika, Ibnu Rumiyah dalam
bidang tumbuh-tumbuhan, Ibnu Sina dalam bidang kedokteran dan seni musik, Abu
Bakar al-Razi dalam bidang kimia, Al-Kindi dalam bidang astronomi dan seni
musik, dan masih banyak lagi ilmuan lainnya.
Tak
terkecuali produk teknologi yang akhir-akhir ini banyak dipergunakan
pembelajaran online khususnya masa Covid-19, yakni berupa perangkat lunak yang
sangat manfaat untuk pembelajaran online di lingkungan lembaga pendidikan.
Contohnya seperti google classroom atau ruang kelas google atau
perangkat lainnya. Google classroom sendiri pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat
sejak tanggal 12 Agustus 2014 menurut info yang diperoleh dari wikipedia.
Walhasil di belakang semua ujian dan musibah seperti sekarang ini
yang Allah berikan kepada kita semua ada hikmah yang luar biasa. Hikmah yang
paling berarti adalah agar kita tidak berjalan di muka bumi ini dengan sombong
dan tidak banyak melakukan maksiat. Karena apa yang kita punya tidak seberapa
dengan kekuasaan-Nya. Dan hikmah lainnya agar kita melek terhadap teknologi,
seperti untuk sarana pembelajaran online dan produk teknologi lainnya yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh kita sekarang. Namun jangan lupa semua itu juga
kuasa-Nya pula yang telah memberikan ilmu kepada salah seorang hamba-Nya.
Semoga bermanfaat. Amin.
Comments
Post a Comment