Salafus Saleh Mereguk Cinta dengan Puasa



Puasa adalah rajanya ibadah. Dan yang paling berharga dari ibadah puasa adalah keikhlasannya. Pantas saja dalam hadis Qudsi dijelaskan bahwa Allah telah berfirman: "Puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya" (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Dan tujuan dari puasa ini adalah untuk mempersiapkan kita kepada derajat ketakwaan (Surah Albaqarah: 183). Selain itu juga puasa dapat menghantarkan kita mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah (Surah Azzumar: 10). Masih banyak lagi keutamaan lainnya mengenai puasa yang telah dijelaskan Rasulullah seperti puasa menjadi kifarat dosa kita, para malaikat memohonkan ampun kepada Allah untuk orang-orang yang berpuasa, puasa jadi benteng dari api neraka, dan keutamaan lainnya.  

Kalau kita baca buku sejarah, kita akan menemukan referensi mengenai kebiasaan berpuasa sudah dilakukan oleh para Nabi sebelum Nabi  Muhammad. Syekh Dahlawi dalam karyanya Hujjatullah al-Baligah, 2: 84 menjelaskan kebiasaan Nabi Nuh berpuasa tiap hari. Nabi Daud biasa puasa sehari dan sehari tidak. Nabi Isa terbiasa sehari puasa dan dua hari tidak.  Begitu pula Nabi Musa pernah puasa selama 40 hari sebelum turunnya kitab Taurat sebagaimana telah saya tulis dalam tulisan sebelumnya tentang “Munajat Nabi Musa.”  Tak kalah juga dengan kebiasaan puasanya para sahabat, tabiin dan generasi setelahnya.

Di bawah ini saya kutif kitab “Salah al-Umat fi Uluww al-Himmah” karya Sayyid bin Husen al-Afani yang menceritakan kisah salafus saleh dalam mereguk cinta dengan puasa sunat. Di antara contohnya adalah sebagai berikut.

Pertama, Umar bin Khattab. Ibnu Umar (putra Umar) pernah bercerita bahwa ayahnya melakukan puasa sunat berturut-turut hingga wafatnya. Sebagaimana kita tahu Umar merupakan sahabat yang paling berani dan tegas. Sehingga Rasulullah pernah bersabda: “Seandainya ada lagi Nabi setelahku, tentunya yang pantas adalah Umar” (HR.Tirmizi dan Ahmad dari Uqbah bin Amir). Kendatipun demikian, sepeninggalnya Rasulullah, Umar juga di antara sahabat yang paling sering berseberangan dengan pendapat sebelumnya termasuk dengan pendapat Rasulullah. Karenanya banyak ilmuan muslim menulis tentang ijtihad Umar, dan kitab-kitab lainnya yang berhubungan dengan kehidupannya. 

Kedua, Usman bin Affan. Usman seorang yang rajin melakukan ibadah baik siang maupun malamnya. Siang dipakai untuk melakukan puasa dan malamnya untuk sujud atau salat tahajud. Dan Rasulullah pun pernah memujinya sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Umar: “Orang yang paling banyak menghidupkan dan memuliakan umatku adalah Usman”. Kendatipun demikian dalam sabda lainnya masih riwayat Ibnu Umar dikatakan: “Orang yang paling pemalu dari umatku adalah Usman”.

Ketiga, Abu Talhah al-Ansari. Abu Talhah dikenal sebagai sahabat yang paling bagus suaranya di antara prajurit perang. Hal ini dikatakan Rasulullah sendiri dalam hadisnya riwayat Zaid bin Sahl: “Suara Abu Talhah itu lebih baik dari pada suara seribu orang lelaki”. Mengenai ketekunan dalam menjalankan ibadah puasa sunatnya diriwayatkan bahwa Abu Talhah pada masa Rasulullah tidak pernah melaksanakannya ketika perang. Namun tatkala Rasulullah wafat menurut riwayat Anas bin Malik beliau melaksanakan puasa sunat kecuali hari raya idul fitri dan hari raya idul adha (HR. Tabrani). Masih menurut riwayat Anas lainnya hal itu dilakukannya selama empat puluh tahun.  

Keempat, Aisyah (putri Abu Bakar, isteri Rasulullah). Dalam beberapa riwayat dikemukakan seperti riwayat Urwah bahwa Aisyah rajin melakukan puasa sunat sepanjang hari kecuali hari raya idul fitri dan idul adha. Ada riwayat lain masih riwayat Urwah dikemukakan suatu ketika Muawiah mengutus Aisyah untuk membagikan seratus ribu dirham kepada masyarakat. Beliau sama sekali tidak menyisakannya sepeser pun. Sehingga Barirah bertanya: “Engkau sedang puasa ya sehingga engkau tidak membeli daging kepadaku dengan harga sedirham”? Aisyah menjawab: “Kalau engkau mengatakan demikian, memang aku sedang melakukannya.”

Kelima, Hafsah (putri Umar, isteri Rasulullah). Terdapat riwayat yang menceritakan suatu ketika Rasulullah menceraikan Hafsah sampai ia (Hafsah) menangis karena peristiwa tersebut. Akan tetapi Rasulullah merujuknya kembali atas saran malaikat Jibril. Alasannya karena Hafsah seorang perempuan yang rajin puasa dan akan menjadi pendamping beliau nanti di surga. Inilah kesaksian Allah dan Jibril yang paling besar mengenai kesalehan Hafsah sehingga Rasulullah disarankan merujuknya.

Masih banyak lagi para sahabat Rasulullah lainnya yang cinta puasa seperti Abu Darda, Abdullah bin Amr bin As, Abdullah bin Umar, Abu Umamah, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Rawahah, dan yang lainnya. Kemudian ditambah dengan para tabiin seperti Aswad bin Yazid al-Nakhai,  Masruq bin Abdul Rahman, Said bin al-Musayyab, Daud bin Abi Hindi, dan masih banyak yang lainnya. Dan ditambah dengan para imam pimpinan mazhab seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Ahmad bin Hanbal serta ulama lainnya. 

Begitulah kecintaan orang-orang saleh terdahulu terhadap puasa sunat. Akan tetapi kecintaan mereka tidak mengabaikan kecintaan terhadap ibadah lainnya dan kehidupan dunia seperti berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya sehari-hari. Justeru dengan kecintaan mereka terhadap puasa dapat mempermudahnya untuk mendapatkan keberkahan apa yang mereka inginkan. Kisah di atas untuk menyemangati kita agar cinta puasa sunat. Oleh karena itu puasa wajib Ramadan ini salah satu sarana untuk melatih kita agar cinta terhadap puasa sunat, seperti puasa Syawal selama enam hari, dan puasa-puasa sunat lainnya. Kecintaan terhadap puasa otomatis dapat mendorong kecintaan ibadah lainnya seperti salat Tahajud dan ibadah lainnya, karena ketika seseorang akan puasa sunat besoknya, tentunya ia akan melakukan sahur setelah melakukan salat Tahajud. Semoga kita diberikan semangat untuk menjalankannya. Amin.

Catatan :
Jika Anda mengutip tulisan ini, jangan lupa untuk memasukkannya di daftar pustaka sebagai berikut:

Hidayat, Enang (2020, 08 Mei). Salafus Saleh Mereguk Cinta dengan Puasa [Entri blog]. Diambil dari https://enanghidayat17.blogspot.com/2020/05/salafus-saleh-mereguk-cinta-dengan-puasa.html

Comments

Popular posts from this blog

Membedah Isra Mikraj Menurut Etimologi

Rezeki Lahiriah dan Batiniah

Ibadah dan Muamalah