Penulis mengawali tulisan tentang Isra dan Mikraj ini dengan cara membedah makna keduanya menurut etimologi atau bahasa. Di dalamnya diuraikan penyebutan kata Isra dan Mikraj dalam Alquran. Kata “Isra” ( (إسراء berasal dari kata dasar “Sara” ( سرى ) yang mengandung arti سير الليل (berjalan di waktu malam). Luis Makluf (dalam Al-Munjid ) dan Ibnu Manzur (dalam Lisanul Arab ) menambahkan kata “Isra” berasal dari kata سَرى- سُرى - سَريَة . Maknanya adalah سير الليل عامته , yakni keumuman berjalan pada waktu malam hari. Selanjutnya Al-Zubaidi (dalam Tajul Arus ) menyebutkan sekalipun makna سرى secara implisit bermakna sebagaimana telah dijelaskan di atas, namun diujung firman-Nya : أسرى بعبده ليلا سبحان اللذي disebut lagi kata ليلا . Penyebutan kata tersebut hanya berfungsi sebagai penguat ( ta’kid ) saja. Akan tetapi menurut sebagian ulama sebagaimana dijelaskan Ragib al-Asfahani (dalam Al-Mufradat fi Garibil Quran ) kata أسرى b...
Siapa Daud bin Abi Hindi? Nama lengkapnya Daud bin Abi Hindi Dinar bin Uzafir al-Qusyairi. Menurut riwayat beliau dikenal juga dengan sebutan Abu Muhammad al-Kharasani atau Abu Bakar. Beliau termasuk ulama generasi Tabiin, seorang ulama penghapal hadis ( hafiz ), ulama tafsir ( mufassir ), dan ulama pemberi fatwa ( mufti ) berkebangsaan Basrah. Saat ini saya belum menemukan mengenai referensi tahun lahirnya. Namun dari beberapa referensi mengenai wafatnya diketahui tahun 139 Hijriah di jalan mau ke Makkah. Terdapat referensi yang saya kutif seperti “Hilayat al-Auliya” karya Abu Nuaim al-Asfahani, “Siyar A’lam al-Nubala” karya Syamsudin al-Zahabi, dan yang lainnya menjelaskan selain termasuk sebagai ulama ahli hadis dan tafsir, beliau juga dalam kesehariannya sebagai pedagang sutera di pasar yang saleh dan jujur. Menurut riwayat lain sebagai pedagang kain. Mengenai kesalehannya ada satu riwayat dikemukakan oleh Ibnu Abi Adi, ia berkata: "Daud bin...
Kata “rezeki” sudah tidak asing bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi kita sendiri meyakini bahwa semua semua makhluk yang hidup di muka bumi ini, telah ada yang mengatur rezekinya masing-masing, yaitu Allah, Sang Maha Pencipta (Surat Hud: 6). Demikian salah satu contoh ayat Alquran yang terkait dengan pengaturan rezeki oleh-Nya. Ayat tersebut sebagaimana dijelaskan Wahbah Zuhaili (dalam Tafsir Al-Wasit ) menegaskan bahwa Allah-lah yang menjamin rezeki semua makhluk-Nya, tak terkecuali manusia. Namun, keberhasilan rezeki tersebut tidak menafikan adanya hukum kausalitas (sebab akibat), yakni usaha atau kerja keras masing-masing. Dialah, Allah Al-Razzaq (Yang Maha Pemberi Rezeki). Kemudian timbul pertanyaan, apa yang dimaksud dengan rezeki? Para ulama, seperti Luis Makluf (dalam Al-Munjid ), Ibnu Manzur (dalam Lisanul Arab :), Al-Zubaidi (dalam Tajul Arus ), Al-Fairuzabadi (dalam Kamus Al- Muhit ), dan Al-Jauhari ( Kamus Al-Sihah )...
Comments
Post a Comment